Damai Dagang & Penguatan Rupiah Bawa Pasar Obligasi Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 December 2018 11:23
Seluruh yield obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan membukukan penurunan.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca membukukan apresiasi kemarin, pasar obligasi tanah air kembali diperdagangkan menguat pada hari ini. Seluruh imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan membukukan penurunan.

Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 (FR0063), 10 (FR0064), 15 (FR0065), dan 20 tahun (FR0075). Pada hari ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun turun masing-masing sebesar 1,7 bps, 6,8 bps, 4,7 bps, dan 0,5 bps.

Posisi yield dari obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun masing-masing ada di level 8,117%, 8,152%, 8,323%, dan 8,488%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Appetite investor untuk berburu instrumen yang relatif berisiko seperti saham dan obligasi memang sedang cukup tinggi pada perdagangan hari ini. Hingga berita ini diturunkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga membukukan penguatan yakni sebesar 0,79% ke level 6.163,72.

Investor mengapresiasi hubungan AS-China di bidang perdagangan yang terlihat makin hangat saja.

Setelah Trump mengklaim bahwa China sudah mulai meningkatkan pembelian kedelai asal AS dan siap menurunkan bea masuk untuk impor mobil asal AS, China kini nampak semakin membuka dirinya.

Wall Street Journal melaporkan bahwa China sedang melakukan persiapan untuk mengganti program 'Made in China 2025' dengan sebuah program yang akan memberikan akses lebih besar bagi investor asing untuk berpartisipasi dalam perekonomiannya, seperti dikutip dari CNBC International.

Program 'Made in China 2025' merupakan gagasan dari Presiden China Xi Jinping untuk mendongrak industri berteknologi tinggi disana. Administrasi Presiden AS Donald Trump sudah sejak lama mengkritik program ini lantaran dianggap proteksionis. Seorang sumber mengatakan bahwa program baru itu bisa diperkenalkan pada awal tahun depan.

Pergerakan rupiah juga mengakomodir investor untuk mengoleksi obligasi terbitan pemerintah Indonesia. Di pasar spot, rupiah menguat 0,62% ke level Rp 14.505/dolar AS.

Pergerakan nilai tukar rupiah sangat penting dalam menentukan pergerakan pasar obligasi tanah air. Pasalnya, komposisi kepemilikan investor asing di pasar obligasi Indonesia cukup besar. Per tanggal 11 Desember, investor asing menguasai sebanyak 37,75% dari total Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular