Investor Asing Bawa Kabur Rp 1,05 T, IHSG Jatuh 0,25%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2018 16:46
Sektor Jasa Keuangan Pimpin Pelemahan IHSG
Foto: CNBC Indonesia/ Muhammad Luthfi Rahman
Sektor jasa keuangan (-0,43%) memimpin pelemahan IHSG. Koreksi di sektor ini terjadi seiring dengan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,28%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,19%.

Investor asing terpantau gencar melakukan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4. BBCA dilepas hingga Rp 342,5 miliar, terbesar dibandingkan jual bersih atas saham-saham lainnya. Sementara itu, BBRI dan BMRI dilepas masing-masing sebesar Rp 128,6 miliar dan Rp 38,4 miliar.

Secara total, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 1,05 triliun di pasar saham tanah air.

Pelemahan rupiah membuat saham-saham bank BUKU 4 ditinggalkan investor. Pada perdagangan hari ini, rupiah melemah 0,59% di pasar spot ke level Rp 14.550/dolar AS.

Sejatinya, ada sentimen positif yang bisa menyokong penguatan rupiah yakni memudarnya ekspketasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan, sesuai dengan rencananya.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 10 Desember 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan hanyalah sebesar 1,9% (dengan asumsi ada kenaikan sebesar 25 bps dulu pada bulan ini), anjlok dari posisi 1 bulan lalu yang sebesar 19,4%.

Justru, pelaku pasar kini meyakini bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan. Probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% pada tahun 2019 adalah sebesar 40%, melejit dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 10,7%. Sementara itu, probabilitas untuk kenaikan suku bunga acuan sebanyak 1 dan 2 kali adalah masing-masing sebesar 33,6% dan 12,4%.

Lemahnya data tenaga kerja membuat investor meragukan The Fed. Pada hari Jumat (7/12/2018), data resmi versi pemerintah AS menunjukkan bahwa pada bulan November tercipta 155.000 lapangan kerja sektor non-pertanian, di bawah konsensus yang sebesar 198.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sementara itu, rata-rata upah per jam di AS untuk periode yang sama hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM, lebih rendah dibandingkan proyeksi yang sebesar 0,3% MoM.

Namun, pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan terjadinya resesi membuat dolar AS selaku safe haven menjadi pilihan investor. Sejatinya, AS menjadi pihak yang paling dirugikan ketika resesi terjadi disana. Saham-saham di Wall Street dan dolar AS seharusnya dilepas investor.

Namun, mengingat kini resesi belum benar-benar terjadi (bahkan belum ‘dikonfirmasi’ oleh inversi spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun), dolar AS selaku safe haven masih diburu oleh investor.

Ketika resesi memang benar-benar terjadi nantinya, saham-saham di Wall Street dan dolar AS akan dilepas dan investor akan beralih memeluk emas yang juga merupakan safe haven. Hal ini terjadi pada krisis subprime mortgage tahun 2007-2009.

Aksi jual investor asing atas saham-saham bank BUKU 4 juga dipicu oleh aksi ambil untung. Pada periode 29 Oktober-30 November, indeks sektor jasa keuangan melesat hingga 11,3% dan dalam periode tersebut, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 11,25 triliun di pasar saham Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular