Awal Pekan Kelam, Rupiah Kedua dari Buncit di Asia

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
10 December 2018 17:18
Investor Waspadai Perkembangan Harga Minyak
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tekanan bagi rupiah juga datang dari pergerakan harga minyak mentah dunia. Pada penutupan perdagangan hari Jumat (7/12/2018), harga minyak light sweet kontrak pengiriman Januari 2019 menguat 1,24% ke level US$ 52,13/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 2,68% ke level US$ 61,67/barel.

Harga minyak mentah menguat pasca negara-negara eksportir minyak dunia, baik OPEC maupun non-OPEC, menyepakati pemotongan produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari. Rinciannya
 adalah 15 negara OPEC sepakat memangkas produksi sebanyak 800 ribu barel per hari, sementara Rusia dan produsen minyak sekutu lainnya mengurangi produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.

Meski hari ini penguatan harga minyak tidak sekencang akhir pekan lalu, namun potensi harga minyak yang melompat jauh membuat pelaku pasar berhati-hati. Sejumlah analis pun masih berpendapat bahwa harga minyak masih akan mendapat sokongan dalam beberapa hari ke depan.

"Kesimpulan utama kita adalah bahwa harga minyak akan mendapat dukungan ke level US$ 70/barel pada 2019," ujar analis Bernstein Energy hari ini, seperti dikutip dari CNBC International.

Melesatnya harga minyak mentah memunculkan kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) masih akan tertekan pada kuartal-IV 2018. Sebelumnya pada kuartal-II dan III, CAD membengkak di atas 3% dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas.

Kala CAD tertekan, rupiah menjadi kehilangan pijakan untuk menguat. Pelaku pasar nampaknya sudah mulai ‘menghukum’ rupiah sedari hari ini.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)


(RHG/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular