Yield Obligasi 5 Tahun Tembus 8% Lagi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 December 2018 10:42
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi terbatas pada awal perdagangan hari ini, seiring dengan mulai memanasnya damai dagang akibat ditawannya CFO Huawei Global oleh Kanada serta ancaman resesi perekonomian Amerika Serikat. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang koreksinya paling dalam adalah FR0063 yang bertenor 5 tahun, yang mengalami kenaikan yield hingga ke atas level psikologis 8%, tepatnya yield naik 5,3 basis poin (bps) menjadi 8,02%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 10 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 7 Dec 2018 (%) Yield 10 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 7 Dec'18
FR0063 5 tahun7.9728.0255.307.9395
FR0064 10 tahun8.0478.0621.507.9852
FR0065 15 tahun8.228.2331.308.1508
FR0075 20 tahun8.3458.3561.108.3096
Avg movement2.30
Sumber: Refinitiv 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, melebar dari posisi kemarin 515 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,83% dari posisi kemarin 2,88%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 898,81 triliun SBN, atau 37,85% dari total beredar Rp 2.374 triliun berdasarkan data per 7 Desember 2018.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 1,78 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,35% menjadi 6.103 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,36% menjadi Rp 14.517 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,09% menjadi 96,429. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan masih dialami China, India, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, dan Indonesia, sedagkan koreksi terjadi di Brasil, Malaysia, dan Thailan. 

Di negara maju, penguatan dialami Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 7 Dec 2018 (%)Yield 10 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.0210.053.00
China3.3143.285-2.90
Jerman0.2530.247-0.60
Perancis0.6830.6981.50
Inggris 1.271.2730.30
India7.4667.464-0.20
Italia3.1483.13-1.80
Jepang0.0620.043-1.90
Malaysia4.0854.0860.10
Filipina7.0947.0940.00
Rusia8.748.67-7.00
Singapura2.2262.175-5.10
Thailand2.5552.571.50
Turki16.7516.6-15.00
Amerika Serikat2.8882.833-5.50
Afrika Selatan9.0759.04-3.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Koreksi Pasar Obligasi Teredam Stagnasi Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular