Kekhawatiran Mencuat, Bursa Singapura Dibuka di Zona Merah

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
10 December 2018 08:25
Bursa saham Singapura pada perdagangan pagi ini dibuka di zona merah di atas 1%.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Kejatuhan bursa saham Amerika Serikat (AS) pekan lalu tampaknya masih menghantui pasar saham Asia pada perdagangan awal pekan ini. Bursa saham Singapura pada perdagangan pagi ini dibuka di zona merah setelah terkoreksi di atas 1%.

Hingga pukul 08.15 WIB atau 09.15 waktu setempat indeks Straits Times terpantau jatuh hingga 1,27% ke level 3.071,46. Kinerja bursa Negeri Singa tersebut terpaksa harus dimulai di zona merah di awal pekan ini.

Saham-saham bank besar yang tercatat di Singapore Stock Exchange mayoritas turun. Dimana saham DBS turun 0,43%, saham UOB turun 0,35%, saham OCBC Bank turun 0,2% dan CapitaLand turun 0,07%.

Sepanjang pekan lalu, 3 indeks saham utama di sana terjun bebas dimana indeks Dow Jones anjlok 4,5%, indeks S&P 500 ambruk 4,6%, dan indeks Nasdaq Composite terpangkas 4,93%. Koreksi yang begitu dalam membuat indeks Dow Jones dan S&P 500 kini membukukan imbal hasil negatif secara year-to-date.

Pada perdagangan hari Jumat, indeks Dow Jones turun 2,24%, indeks S&P 500 melemah 2,33%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 3,05%.

Perkembangan perang dagang AS-China yang tak positif sukses memukul bursa saham Negeri Paman Sam. Apalagi, kesepakatan dagang antar keduanya kian sulit tercapai sieiring dengan penahanan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Kanada.



Penangkapan ini datang menyusul perintah AS yang sedang melakukan investigasi terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.

Selain karena perang dagang, saham-saham di AS dilepas seiring dengan indikasi resesi yang ditunjukkan oleh pasar obligasi.

Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).

Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
(hps) Next Article Dialog AS-China Kandas, Straits Time Dibuka di Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular