
Cuma Jatuh 0,32%, IHSG Jadi yang Terbaik di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 December 2018 17:06

Sayang, sentimen negatif yang membayangi perdagangan hari ini juga cukup banyak. Salah satu yang paling signifikan datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah AS.
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (4/12/2018), yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di level 2,811% dan tenor 3 tahun berada di level 2,819%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,799%.
Fenomena yang disebut dengan yield curve inversion ini mengindikasikan adanya tekanan yang signifikan dalam perekonomian AS dalam waktu dekat, sehingga investor meminta yield lebih tinggi untuk obligasi bertenor pendek.
"Ada kekhawatiran karena terjadi inverted yield. Sebab, ini merupakan tanda-tanda awal terjadinya resesi," tegas Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, mengutip Reuters.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan menglami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Menurut kami, peluang ekonomi AS untuk jatuh ke dalam jurang resesi masih terbilang kecil. Laju perekonomian disana masih panas. Pada kuartal-III 2018, perekonomian AS tumbuh sebesar 3,5% (QoQ annualized).
Namun tetap saja, pelaku pasar melihat akan ada tekanan yang menghampiri perekonomian Negeri Paman Sam dalam waktu dekat.
Kemudian, kini pelaku pasar mulai sadar bahwa AS dan China memang belum meneken kesepakatan apapun secara formal di bidang perdagangan. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum perang dagang bisa resmi diakhiri.
Sebelumnya, euforia damai dagang AS-China menghampiri bursa saham dunia, seiring dengan kesepakatan yang dicapai Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping kala bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir pekan kemarin.
Adalah cuitan dari Trump yang membuat mata pelaku pasar terbuka.
"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump di Twitter pada hari Selasa waktu setempat (4/12/2018).
(ank/roy)
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (4/12/2018), yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di level 2,811% dan tenor 3 tahun berada di level 2,819%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,799%.
Fenomena yang disebut dengan yield curve inversion ini mengindikasikan adanya tekanan yang signifikan dalam perekonomian AS dalam waktu dekat, sehingga investor meminta yield lebih tinggi untuk obligasi bertenor pendek.
Menurut kami, peluang ekonomi AS untuk jatuh ke dalam jurang resesi masih terbilang kecil. Laju perekonomian disana masih panas. Pada kuartal-III 2018, perekonomian AS tumbuh sebesar 3,5% (QoQ annualized).
Namun tetap saja, pelaku pasar melihat akan ada tekanan yang menghampiri perekonomian Negeri Paman Sam dalam waktu dekat.
Kemudian, kini pelaku pasar mulai sadar bahwa AS dan China memang belum meneken kesepakatan apapun secara formal di bidang perdagangan. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum perang dagang bisa resmi diakhiri.
Sebelumnya, euforia damai dagang AS-China menghampiri bursa saham dunia, seiring dengan kesepakatan yang dicapai Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping kala bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir pekan kemarin.
Adalah cuitan dari Trump yang membuat mata pelaku pasar terbuka.
"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump di Twitter pada hari Selasa waktu setempat (4/12/2018).
(ank/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular