Aturan Pungutan Ekspor CPO RI Terbit, Harga CPO Amblas 1%

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
05 December 2018 14:33
Pada perdagangan Selasa (4/12/2018), harga CPO kontrak Februari 2019 di Bursa Malaysia turun 0,89% level MYR 2.002/ton, hingga pukul 14.08 WIB.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaPada perdagangan hari ini Selasa (4/12/2018), harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Februari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,89%  level MYR 2.002/ton, hingga pukul 14.08 WIB.

Harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini kembali anjlok pasca kemarin sebenarnya mampu menguat cukup signifikan sebesar 1%.

Harga CPO mendapat energi negatif dari keluarnya peraturan baru terkait pungutan ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia, serta ekspektasi meningkatnya stok minyak kelapa sawit di Malaysia. 



Menteri Keuangan RI Sri Mulyani akhirnya menerbitkan beleid terbaru yang mengatur tarif pungutan ekspor Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) atas ekspor kelapa sawit, CPO, dan produk turunannya.

BACA: Aturan Baru Pungutan Ekspor CPO Dinolkan Akhirnya Terbit

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 152/PMK.05/2018 yang berlaku sejak 4 Desember 2018 kemarin, pemerintah menolkan (US$ 0/ton) seluruh tarif pungutan ekspor apabila harga CPO internasional berada di bawah US$ 570/ton (sekitar MYR 2.365/ton).

Sementara itu, jika harga berada di kisaran US$ 570 - US$ 619/ton (MYR 2.365/ton - MYR 2.570/ton), maka pungutan ekspor CPO menjadi US$ 25/ton. Adapun bila harga internasional sudah kembali normal di atas US$ 619/ton (MYR 2.570/ton), pungutan ekspor CPO kembali ditetapkan US$ 50/ton.

Aturan baru ini sejatinya lebih ringan dibandingkan apa yang sebelumnya disampaikan pemerintah, yakni pembebasan pungutan ekspor apabila harga jatuh ke bawah US$ 500/ton (sekitar MYR 2.075/ton). Artinya, ekspor RI akan semakin kompetitif.

Dengan adanya "pembebasan" pungutan ekspor di RI, produsen CPO di tanah air pun bisa berada di posisi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan produsen di Malaysia. Alhasil, situasi ini berpotensi membuat ekspor CPO Malaysia akan semakin tertekan.

Padahal, sejatinya ekspor Malaysia sudah cukup lesu. Berdasarkan survei Reuters, stok akhir minyak kelapa sawit Malaysia pada November menyentuh angka 3 juta ton. Angka itu merupakan rekor tertinggi di Malaysia dalam beberapa tahun terakhir.

Penyebabnya adalah ekspor minyak kelapa sawit Malaysia diproyeksikan turun 10,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,41 juta ton. Sementara, produksi sebenarnya diestimasikan malah turun 2,1% MtM ke 1,91 juta ton.

Kedua sentimen negatif tersebut akhirnya membuat harga CPO jatuh amat signifikan, hingga hampir kembali terhempas ke bawah level psikologis MYR 2.000/ton pada hari ini.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)  

(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular