Cuaca Mendukung, Harga CPO Naik 3 Hari Beruntun

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
30 November 2018 13:19
Harga CPO kontrak Februari 2019 di Bursa Malaysia naik 0,44% ke MYR 2.036/ton pada perdagangan hari Jumat (30/11/2018) hingga pukul 11.30 WIB.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Februari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia naik 0,44% ke MYR 2.036/ton pada perdagangan hari Jumat (30/11/2018) hingga pukul 11.30 WIB, atau penutupan perdagangan sesi 1.

Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia mampu mencetak penguatan 3 hari berturut-turut. Harga CPO pun menjauhi rekor terendah sejak akhir Agustus 2015, yang dicapai pada awal pekan ini.

Faktor yang mendorong kenaikan harga hari ini masih datang dari penguatan harga minyak kedelai dan minyak mentah. Selain itu, ekspektasi bahwa stok minyak kelapa sawit akan melandai pada bulan Desember juga mampu menyokong pergerakan harga CPO.



Hingga perdagangan siang ini, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) tercatat masih melanjutkan reli penguatannya, dengan membukukan kenaikan sebesar 0,6%.

Kenaikan harga kedelai masih ditopang oleh optimisme pelaku pasar pada hasil pertemuan G20 di Buenos Aires pada 30 November dan 1 Desember. Pada pertemuan tersebut, Washington dan Beijing diharapkan akan membicarakan konflik dagang yang terjadi di antara mereka.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan.

"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Presiden AS Donald Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.

Kemudian, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ), Amerika Serikat (AS)-China sedang menjajaki kesepakatan perdagangan yang akan menghentikan pengenaan bea masuk tambahan dari Washington, sebagai ganti atas pembicaraan baru yang menargetkan perubahan besar terhadap kebijakan ekonomi Beijing, kata pejabat dari kedua pemerintah.

Perkembangan ini lantas  melegakan pelaku pasar. Masih ada harapan Washington-Beijing bisa sama-sama melunak untuk mengakhiri perang dagang. Hal ini menjadi sentimen positif bahwa arus perdagangan kedelai akan kembali lancar ke depannya, tanpa hambatan bea masuk.

BACA: Perang Dagang Mereda, Harga CPO Melesat 2 Hari Beruntun

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai naik, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut menguat.

Selain itu, hari ini harga minyak mentah dunia juga masih membukukan performa yang positif. Hingga pukul 11.06 WIB hari ini, harga minyak jenis brent kontrak Januari 2019 naik 0,47% ke level US$ 59,79/barel. Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak Januari 2019 menguat 0,41% ke level US$ 51,66/barel. 

Harga minyak melanjutkan momentum penguatan signifikan pada sehari sebelumnya. Pada penutupan perdagangan hari Kamis (29/11/2018), harga minyak light sweet yang menjadi acuan di AS melesat hingga 2,31%, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa menguat 1,28%.

Sejak kemarin, harga minyak mendapatkan suntikan energi dari aura pemangkasan produksi minyak oleh negara-negara produsen. Teranyar, Rusia dikabarkan sepakat untuk bergabung dalam aksi pengurangan produksi tersebut.

Kenaikan harga minyak mentah memang cenderung mengatrol harga CPO yang merupakan bahan baku biofuel. Biofuel sendiri merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia naik, produksi biofuel menjadi lebih ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen meningkatnya permintaan CPO.

Dari sisi fundamental, harga CPO juga didukung oleh ekspektasi bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia akan berkurang di bulan Desember, setelah mencapai puncaknya di bulan November.

"(Berkurangnya stok) Ini akan mendukung (harga) jika tidak ada faktor bearish dari eksternal," ujar trader dari Singapore, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, pelaku pasar memang khawatir stok minyak kelapa sawit di Malaysia akan melambung pada penghujung tahun ini. Produksi diperkirakan akan melambung pada 2 bulan terakhir tahun ini, sesuai dengan pola musimannya.

Di saat produksi bertambah, permintaan malah diekspektasikan lesu. Ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia dilaporkan turun 2,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,04 juta ton pada periode 1-25 November, berdasarkan survei kargo yang dilakukan Intertek Testing Services.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)  



(RHG/gus) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular