
Pertemuan Trump-Jinping Batasi Pergerakan Obligasi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 November 2018 09:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah diprediksi menguat terbatas hari karena sentimen global yang cenderung positif. Namun pelaku pasar masih akan tetap dibayangi kekhawatiran gagalnya rencana pertemuan damai dagang Trump-Jinping.
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam risetnya memprediksi harga surat utang negara (SUN) hingga akhir tahun ini trennya diproyeksi masih akan meningkat, meski demikian jelang pertemuan antara AS dengan Tiongkok terkait pembahasan perdagangan internasional pada Sabtu-Minggu ini, investor disarankan untuk hold atau wait and see terhadap seri-seri yang cenderung likuid.
"Seri likuid itu seperti FR0063, FR0064, FR0065, FR0077, FR0078, FR0072, dan FR0075. Sementara untuk beberapa seri yang tidak terlalu likuid tetapi yield yang ditawarkan masih menarik untuk dikoleksi diantaranya FR0043, FR0042, FR0074, FR0068, FR0045, dan FR0076," ujarnya hari ini (30/11/18).
Kedua pemimpin negara tersebut, dijadwalkan akan bertemu dalam G20 Summit di Argentina 30 November - 1 Desember 2018. Ketidakpastian mengenai perang dagang pada akhirnya menjadi dasar proyeksi terbatasnya kenaikan harga SUN hari ini.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang transaksinya paling banyak dilakukan di pasar modal.
Menurut Dhian, faktor positif yang masih akan mengerek harga SUN hari ini adalah masih berasal dari pernyataan dovish Jerome Powell pada Kamis lalu yang sekaligus mengurangi kecenderungan sentimen hawkish dari rilis risalah pertemuan FOMC (FOMC Minutes) 7-8 November 2018.
Risalah pertemuan FOMC tersebut, tuturnya, menunjukkan bahwa sikap kebijakan moneter The Fed tidak akan berubah dengan kecenderungan tetap hawkish sehingga market berekspektasi kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed (FFR) akan kembali dinaikkan akhir tahun ini.
Namun demikian, pernyataan Jerome Powell bahwa FFR sudah mendekati level netralnya memunculkan ekspektasi bahwa meski stance kebijakan moneter The Fed tetap hawkish di tahun 2019 namun iramanya tidak secepat di tahun 2018.
Sentimen positif dari Powell tersebut tidak mendorong berlanjutnya penurunan yield US Treasury 10 tahun dan indeks dolar AS secara signifikan atau dapat dikatakan cenderung stagnan, masing-masing di level 3,03% dan 96,78 poin, pada perdagangan global semalam seiring dengan kekhawatiran pasar atas ketidakpastian kesepakatan perdagangan internasional antara AS dan Tiongkok.
Untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Dhian memprediksi akan bergerak di kisaran Rp14.433 - Rp14.475 dengan kecenderungan menguat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono dalam risetnya memprediksi harga surat utang negara (SUN) hingga akhir tahun ini trennya diproyeksi masih akan meningkat, meski demikian jelang pertemuan antara AS dengan Tiongkok terkait pembahasan perdagangan internasional pada Sabtu-Minggu ini, investor disarankan untuk hold atau wait and see terhadap seri-seri yang cenderung likuid.
"Seri likuid itu seperti FR0063, FR0064, FR0065, FR0077, FR0078, FR0072, dan FR0075. Sementara untuk beberapa seri yang tidak terlalu likuid tetapi yield yang ditawarkan masih menarik untuk dikoleksi diantaranya FR0043, FR0042, FR0074, FR0068, FR0045, dan FR0076," ujarnya hari ini (30/11/18).
Kedua pemimpin negara tersebut, dijadwalkan akan bertemu dalam G20 Summit di Argentina 30 November - 1 Desember 2018. Ketidakpastian mengenai perang dagang pada akhirnya menjadi dasar proyeksi terbatasnya kenaikan harga SUN hari ini.
Menurut Dhian, faktor positif yang masih akan mengerek harga SUN hari ini adalah masih berasal dari pernyataan dovish Jerome Powell pada Kamis lalu yang sekaligus mengurangi kecenderungan sentimen hawkish dari rilis risalah pertemuan FOMC (FOMC Minutes) 7-8 November 2018.
Risalah pertemuan FOMC tersebut, tuturnya, menunjukkan bahwa sikap kebijakan moneter The Fed tidak akan berubah dengan kecenderungan tetap hawkish sehingga market berekspektasi kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed (FFR) akan kembali dinaikkan akhir tahun ini.
Namun demikian, pernyataan Jerome Powell bahwa FFR sudah mendekati level netralnya memunculkan ekspektasi bahwa meski stance kebijakan moneter The Fed tetap hawkish di tahun 2019 namun iramanya tidak secepat di tahun 2018.
Sentimen positif dari Powell tersebut tidak mendorong berlanjutnya penurunan yield US Treasury 10 tahun dan indeks dolar AS secara signifikan atau dapat dikatakan cenderung stagnan, masing-masing di level 3,03% dan 96,78 poin, pada perdagangan global semalam seiring dengan kekhawatiran pasar atas ketidakpastian kesepakatan perdagangan internasional antara AS dan Tiongkok.
Untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Dhian memprediksi akan bergerak di kisaran Rp14.433 - Rp14.475 dengan kecenderungan menguat hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Most Popular