
Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 October 2018 10:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar surat berharga negara (SBN) pekan ini diprediksi menguat, dengan prediksi tingkat imbal hasil (yield) seri acuan 10 tahun berada pada 8-%-8,18%. Saat ini, yield SBN seri 10 tahun masih pada 8,12%.
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai prediksi itu terkait dengan tiga determinan, yaitu yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada pada 3,03%-3,09%, nilai tukar rupiah pada Rp 14.862-Rp 14.945 per dolar AS, dan CDS Indo 5 tahun 130-135 poin.
"Serta respon pasca kenaikan suku bunga BI-7DRRR menjadi 5,75% pekan lalu," ujarnya dalam riset pagi ini.
Dia memprediksi pekan ini investor global akan fokus pada sentimen negatif yang beralih dari kebijakan suku bunga The Fed kepada kebijakan fiskal Italia yang mengkhawatirkan. Italia baru mengesahkan anggaran yang populis tetapi memberatkan keuangannya dan mengancam stabilitas ekonomi Benua Biru.
Meningkatnya risiko yang terjadi di Italia, lanjutnya, berpotensi memberikan tekanan kepada rupiah dan harga SBN di pasar sekunder. Kondisi Italia juga ditambah faktor dari kenaikan harga minyak mentah akibat embargo ekonomi AS terhadap Iran.
"Meski demikian, pekan ini masih terdapat beberapa katalis positif diantaranya berasal dari proyeksi deflasi September 2018 dan kenaikan BI-7DRRR akhir pekan lalu yang diperkirakan dapat menekan volatilitas rupiah terhadap dolar AS."
Dia mengatakan faktor positif lain dapat datang dari kesepakatan baru perdagangan internasional antara AS dengan Kanada.
Untuk detail per hari, Dhian memprediksi fokusnya pada beberapa hal berikut:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pasar Obligasi Berbalik Menguat, Kuat Sampai Kapan?
Dhian Karyantono, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai prediksi itu terkait dengan tiga determinan, yaitu yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada pada 3,03%-3,09%, nilai tukar rupiah pada Rp 14.862-Rp 14.945 per dolar AS, dan CDS Indo 5 tahun 130-135 poin.
"Serta respon pasca kenaikan suku bunga BI-7DRRR menjadi 5,75% pekan lalu," ujarnya dalam riset pagi ini.
Meningkatnya risiko yang terjadi di Italia, lanjutnya, berpotensi memberikan tekanan kepada rupiah dan harga SBN di pasar sekunder. Kondisi Italia juga ditambah faktor dari kenaikan harga minyak mentah akibat embargo ekonomi AS terhadap Iran.
"Meski demikian, pekan ini masih terdapat beberapa katalis positif diantaranya berasal dari proyeksi deflasi September 2018 dan kenaikan BI-7DRRR akhir pekan lalu yang diperkirakan dapat menekan volatilitas rupiah terhadap dolar AS."
Dia mengatakan faktor positif lain dapat datang dari kesepakatan baru perdagangan internasional antara AS dengan Kanada.
Untuk detail per hari, Dhian memprediksi fokusnya pada beberapa hal berikut:
- Senin: Harga SBN cenderung melemah. Sentimen negatif adakag naiknya yield US Treasury sebagai imbas dari kekhawatiran pasar terhadap defisit fiskal Italia. Sentimen positif oleh rilis inflasi September 2018 di.
- Selasa: Harga SBN di cenderung meningkat seiring dengan proyeksi meredanya tekanan terkait sentimen negatif dari defisit fiskal Italia di tengah sentimen positif dari rilis inflasi September 2018.
- Rabu: Harga SBN diperkirakan menguat. Didorong oleh minimnya rilis data krusial ekonomi AS dan masih adanya sentimen positif dari rilis data inflasi September 2018.
- Kamis: Harga SBN diperkirakan menurun. Sentimen negatif didorong oleh rilis data tenaga kerja AS berdasarkan indikator penyerapan tenaga kerja sektor swasta ADP (ADP employment change) September 2018 yang diprediksi meningkat.
- Jumat: Harga SBN cenderung meningkat. Sentimen positif terkait data cadangan devisa Indonesia per September 2018 yang diperkirakan menurun. Jika penurunan terbatas, maka akan positf bagi pasar surat utang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pasar Obligasi Berbalik Menguat, Kuat Sampai Kapan?
Most Popular