
Pasar Obligasi Berbalik Menguat, Kuat Sampai Kapan?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 September 2018 10:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik positif dalam jumlah kecil pada awal perdagangan hari ini.
Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan pasar SBN itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Penguatan terbesar, yang tercermin dari penurunan yield terbesar yaitu seri acuan pendek 5 tahun tercatat sebesar 5 basis poin (bps) menjadi 8,45%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu seri 20 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun mengalami penurunan yield 4 bps, 3 bps, dan 1 bps menjadi 8,98%, 8,55%, dan 8,69%.
Saat ini, kondisi pasar keuangan dan investasi domestik masih lemah tetapi sudah mulai beranjak positif.
Teredamnya koreksi pasar SBN karena meredanya tekanan dari Argentina, Turki, dan Afrika Selatan kemarin.
Meskipun pagi ini pasar obligasi menguat, terdapat pemikiran bahwa kondisi itu hanya terjadi sesaat karena masih terkepung potensi sentimen negatif dari pengumuman data ekonomi AS dan global hingga awal pekan depan.
Selain itu, berbalik menguatnya pasar (rebound) juga dibenarkan secara teknikal untuk melanjutkan koreksi yang lebih dalam lagi dalam jangka menengah.
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Sep 2018
Sumber: Reuters
Penguatan hari ini membuat selisih (spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun menembus 567 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,87% dan SBN tenor 10 tahun 8,55%. Spread tersebut menyempit dibandingkan dengan kemarin 582 bps.
Spread yang sudah melebar (jauh di atas level psikologis 500 bps) dan semakin menyempit seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.
Rebalancing tersebut dapat membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,4% menjadi 5.800 hingga siang ini dan rupiah melemah 0,03% menjadi Rp 14.890 di hadapan setiap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Penguatan terbesar, yang tercermin dari penurunan yield terbesar yaitu seri acuan pendek 5 tahun tercatat sebesar 5 basis poin (bps) menjadi 8,45%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu seri 20 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun mengalami penurunan yield 4 bps, 3 bps, dan 1 bps menjadi 8,98%, 8,55%, dan 8,69%.
Saat ini, kondisi pasar keuangan dan investasi domestik masih lemah tetapi sudah mulai beranjak positif.
Teredamnya koreksi pasar SBN karena meredanya tekanan dari Argentina, Turki, dan Afrika Selatan kemarin.
Meskipun pagi ini pasar obligasi menguat, terdapat pemikiran bahwa kondisi itu hanya terjadi sesaat karena masih terkepung potensi sentimen negatif dari pengumuman data ekonomi AS dan global hingga awal pekan depan.
Selain itu, berbalik menguatnya pasar (rebound) juga dibenarkan secara teknikal untuk melanjutkan koreksi yang lebih dalam lagi dalam jangka menengah.
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Sep 2018
Seri | Benchmark | Yield 6 Sep 2018 (%) | Yield 7 Sep 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 8.524 | 8.469 | -5.50 |
FR0064 | 10 tahun | 8.581 | 8.551 | -3.00 |
FR0065 | 15 tahun | 8.706 | 8.696 | -1.00 |
FR0075 | 20 tahun | 9.026 | 8.985 | -4.10 |
Avg movement | -3.40 |
Penguatan hari ini membuat selisih (spread) surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun menembus 567 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,87% dan SBN tenor 10 tahun 8,55%. Spread tersebut menyempit dibandingkan dengan kemarin 582 bps.
Spread yang sudah melebar (jauh di atas level psikologis 500 bps) dan semakin menyempit seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.
Rebalancing tersebut dapat membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,4% menjadi 5.800 hingga siang ini dan rupiah melemah 0,03% menjadi Rp 14.890 di hadapan setiap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini
Most Popular