Pada 2019 Emisi Obligasi Korporasi Bisa Capai Rp 100 T

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 November 2018 13:26
Dia mengatakan angka Rp 100 triliun tersebut didapatkan dari angka obligasi korporasi yang jatuh tempo tahun depan sekitar Rp 90 triliun.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Penerbitan obligasi korporasi tahun depan diprediksi dapat melebihi Rp 100 triliun, lebih besar dari prediksi penerbitan tahun ini di angka Rp 90 triliun. 

Direktur Utama PT Fitch Ratings Indonesia Indra Kampono mengatakan penerbitan baru akan ramai setelah pemilu usai. 

"Akan ramai di semester kedua 2019, karena memang calon penerbit dan pelaku pasar pasti akan menunggu hasil dari pemilu, siapapun pemenangnya," ujar Indra dalam wawancara dengan CNBC TV pagi ini (29/11/18). 
Dia mengatakan angka Rp 100 triliun tersebut didapatkan dari angka obligasi korporasi yang jatuh tempo tahun depan sekitar Rp 90 triliun, ditambah beberapa penerbitan dari perusahaan yang baru masuk ke pasar surat utang. 

Untuk tahun ini, dia memprediksi nilai penerbitan obligasi korporasi hanya akan berada pada kisaran Rp 90 triliun, dan itupun sudah sedikit lebih besar dari nilai obligasi korporasi yang jatuh tempo tahun ini dan harus dibiayai kembali (refinancing) senilai Rp 89 triliun. 

Prediksi Fitch Ratings tersebut, tutur Indra, juga sudah memfaktorkan ada potensi penaikan suku bunga acuan Amerilka Serikat (AS) yaitu Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali tahun depan. 

Dengan adanya kenaikan suku bunga yang juga dijadikan acuan investor global tersebut, Fitch Ratings juga memprediksi bank sentral akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali masing-masing 25 basis poin (bps), secara total 50 bps. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

"Dengan adanya kenaikan suku bunga acuan domestik tersebut dan faktor lain, kami memprediksi yield dan bunga obligasi korporasi yang terbit tahun depan akan naik sekitar 100 bps dari posisi saat ini 9%-10% untuk yang memiliki rating [peringkat] AAA." 

Dengan demikian, lanjutnya, saat ini Indonesia dari kaca mata internasional masih masuk ke dalam peringkat layak investasi (investment grade) yang berarti masih kondusif di mata investor asing. 

Apalagi, dia mengatakan saat ini rating kredit Indonesia sudah dinaikkan di level BBB dan memiliki prospek stabil, yang berarti masih akan tetap positif berada di area layan investasi hingga 6 bulan ke depan. 

Meskipun memandang positif secara umum pasar obligasi domestik, Indra mengatakan saat ini perusahaan yang bergerak di sektor berbasis komoditas seperti perkebunan dan tambang belum masuk ke area stabil dan layak investasi. 

"Terutama karena tren harga komoditas belum menunjukkan pembalikan arah dari pelemahan (bearish) saat ini." 

Dalam riset terpisah, Head of Research Fixed Income PT BNI Sekuritas Ariawan menilai jumlah penerbitan tahun ini memang akan turun dari tahun lalu. 

Dia mencatat sejak awal tahun hingga Oktober 2018 (10M2018), nilai penerbitan hanya Rp 97,24 triliun, hanya 83,82% dari total penerbitan obligasi korporasi Rp 116 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Kondisi tersebut, lanjutnya, disebabkan oleh sepinya minat calon emiten baru untuk menerbitkan obligasi tahun ini di tengah volatilitas rupiah dan perekonomian global serta kenaikan suku bunga acuan. 

Meskipun demikian, dia mencatat aktivitas transaksi obligasi korporasi tahun ini masih lebih ramai dibanding tahun lalu, yaitu Rp 1,1 triliun per hari pada 10M2018, lebih tinggi daripada 10M2017 Rp 1 triliun. 

Tahun depan, lanjut Ariawan, pasar obligasi yang lebih kondusif dan perekonomian global yang sudah lebih jelas akan membuat minat calon emiten akan menerbitkan obligasi korporasi yang lebih besar dari tahun ini, tepatnya pada kisaran Rp 143,9 triliun. 



Dia mengatakan angka prediksi tersebut juga dipengaruhi oleh mengantrinya penerbitan obligasi korporasi oleh perusahaan yang memanfaatkan mekanisme penawaran umum berkelanjutan (PUB/shelf registration). 

"Berdasarkan perhitungan kami, akan ada sekitar Rp 102,8 triliun obligasi dari sisa PUB yang berpotensi diterbitkan di sepanjang 2019 yang kemungkinan akan terbit senilai Rp 102,8 triliun," ujar Ariawan dan tim BNI Sekuritas. 

Jumlah potensi penerbitan obligasi korporasi dari mekanisme shelf registration tersebut mempertimbangkan saat ini ada total antrian penerbitan PUB hingga 2 tahun ke depan senilai Rp 163,2 triliun. 

Shelf registration adalah fasilitas kelonggaran administratif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bagi perusahaan yang sering dan rutin menerbitkan obligasi korporasi, sehingga memungkinkan proses pendaftarannya ditumpuk di awal hingga 2 tahun ke depan dan memangkas proses administrasinya.   

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular