Penguatan Pasar Obligasi Masih Kalah dari Rupiah dan IHSG

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 November 2018 11:18
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis pada awal perdagangan hari ini akibat pernyataan yang bernada longgar (dovish) terhadap kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0075 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 4,5 basis poin (bps) menjadi 8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 5 tahun dan 15 tahun dengan penurunan yield 2 bps dan 1 bps menjadi 7,87% dan 8,2%. 

Seri 10 tahun masih terkoreksi sehingga mengangkat yield-nya 2 bps menjadi 7,93%. 

Kondusifnya pasar keuangan negara berkembang, salah satunya Indonesia hari ini, dipengaruhi oleh pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell yang mengindikasikan level Fed Fund Rate (FFR) sudah cukup untuk saat ini. 

Pernyataan bernada dovish itu sukses mengusir kekhawatiran investor global terhadap agresivitas The Fed terhadap FFR dan membuat bursa saham menghijau sejak tadi pagi. 

Positifnya pasar juga diapresiasi di pasar mata uang, di mana rupiah sempat meroket pagi ini. 

Yield Obligasi Negara Acuan 28 Nov 2018
SeriBenchmarkYield 28 Nov 2018 (%) Yield 29 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 28 Nov'18
FR0063 5 tahun7.8957.87-2.507.7924
FR0064 10 tahun7.9147.9392.507.868
FR0065 15 tahun8.228.207-1.308.1399
FR0075 20 tahun8.318.265-4.508.2634
Avg movement-1.45
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 490 bps, melebar dari posisi kemarin 484 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,03% dari posisi kemarin 3,05%. Dari sisi kepemilikan, arus masuk dana (capital inflow) investor asing di pasar surat berharga negara (SBN) Rp 33,57 triliun secara bulanan hingga menjelang akhir November, menjadi inflow yang terbesar sejak Januari 2018. 

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 897,89 triliun SBN, atau 37,69% dari total beredar Rp 2.382 triliun berdasarkan data per 27 November.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 33,57 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama. 

Inflow asing di pasar obligasi tersebut masih menjadi yang terbaik sejak Januari 2018, di mana inflow asing mencapai Rp 33,62 triliun pada bulan tersebut, menjadi Rp 869,77 triliun dibanding posisi bulan sebelumnya Rp 836,15 triliun.  

Inflow asing tersebut menggenapkan inflow asing sejak awal tahun (year to date/YTD) Rp 61,74 triliun. 

Meskipun demikian, inflow asing YTD 2018 hingga menjelang akhir November tersebut masih jauh dibandingkan dengan posisi YTD 2017 hingga November Rp 164 triliun.  

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket 1,5% menjadi 6.081 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah terbang 1,27% menjadi Rp 14.340 di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,03% menjadi 96,757. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, dampak positif komentar Powell sudah menghijaukan sentimen di pasar, terutama di India, Malaysia, Rusia, Singapura, Thailand, dan Indonesia, meskipun koreksi masih terjadi di pasar Brasil, dan China.  

Di negara berkembang, penguatan baru terjadi di pasar Perancis dan Amerika Serikat. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 28 Nov 2018 (%)Yield 29 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.110.111.00
China3.4083.410.20
Jerman0.340.351.00
Perancis0.7220.7381.60
Inggris 1.3811.376-0.50
India7.6637.603-6.00
Italia3.2493.2611.20
Jepang0.1020.095-0.70
Malaysia4.1684.165-0.30
Filipina7.0767.0760.00
Rusia8.858.82-3.00
Singapura2.4042.375-2.90
Thailand2.692.65-4.00
Turki16.6916.2-49.00
Amerika Serikat3.0553.033-2.20
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular