Wow, Reli Pasar Obligasi RI Sudah Nyaris Sebulan!
24 November 2018 13:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah masih melaju kencang pada pekan ini. Imbal hasil (yield) terus menurun, pertanda harga instrumen ini menanjak akibat tingginya permintaan pelaku pasar.
Sepanjang pekan ini, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun drastis 15,6 basis poin (bps). Yield instrumen ini menyentuh titik terendah sejak 23 Agustus.
Penurunan yield juga terjadi di seluruh tenor. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah selama pekan ini:
Yield obligasi pemerintah terjun bebas sejak pekan keempat Oktober. Hingga pekan ketiga November, tren ini belum terhenti. Tinggal butuh sepekan lagi untuk menjadikannya genap sebulan.
Risk appetite pelaku pasar pekan ini mulai tumbuh seiring perkembangan di AS. Sejumlah data yang kurang impresif membuat investor bertanya-tanya seputar prospek perekonomian Negeri Paman Sam.
Misalnya klaim tunjangan pengangguran naik 3.000 menjadi 224.000 pada pekan lalu. Lebih tinggi dari estimasi pasar yang meramalkan penurunan ke angka 215.000.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti non-pertahanan (mengeluarkan komponen pesawat) periode Oktober 2018 tidak mengalami perubahan. Lebih rendah dari konsensus Reuters yang mengekspektasikan pertumbuhan sebesar 0,2% secara bulanan (month-to-month/MtM). Sementara itu, data September direvisi ke bawah menjadi minus 0,5%, dari sebelumnya minus 0,1%.
Data-data ini membuka kemungkinan (meski kecil) bahwa The Federal Reserve/The Fed bisa saja tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Sebab ekonomi AS ternyata belum berlari secepat perkiraan, masih ada hambatan di sana-sini.
Artinya, ada risiko yield obligasi pemerintah AS tidak akan melonjak. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek yield obligasi. Jika ada potensi The Fed tidak terlalu agresif, maka yield pun akan adem ayem saja.
Ini membuat obligasi pemerintah AS menjadi kurang menarik dan mengalami tekanan jual. Sepekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 2 bps yang menandakan harga instrumen ini turun karena minimnya permintaan.
Sebagian arus modal itu tampaknya hinggap di pasar obligasi Indonesia. Apalagi Bank Indonesia (BI) baru menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 6% pada 15 November lalu. Sejak Mei, BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah melonjak 175 bps.
Investor yang berharap cuan pun berbondong-bondong membeli obligasi pemerintah Indonesia. Tingginya minat pasar membuat harga instrumen ini naik dan yield terus tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sepanjang pekan ini, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun drastis 15,6 basis poin (bps). Yield instrumen ini menyentuh titik terendah sejak 23 Agustus.
Penurunan yield juga terjadi di seluruh tenor. Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah selama pekan ini:
Yield obligasi pemerintah terjun bebas sejak pekan keempat Oktober. Hingga pekan ketiga November, tren ini belum terhenti. Tinggal butuh sepekan lagi untuk menjadikannya genap sebulan.
Risk appetite pelaku pasar pekan ini mulai tumbuh seiring perkembangan di AS. Sejumlah data yang kurang impresif membuat investor bertanya-tanya seputar prospek perekonomian Negeri Paman Sam.
Misalnya klaim tunjangan pengangguran naik 3.000 menjadi 224.000 pada pekan lalu. Lebih tinggi dari estimasi pasar yang meramalkan penurunan ke angka 215.000.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti non-pertahanan (mengeluarkan komponen pesawat) periode Oktober 2018 tidak mengalami perubahan. Lebih rendah dari konsensus Reuters yang mengekspektasikan pertumbuhan sebesar 0,2% secara bulanan (month-to-month/MtM). Sementara itu, data September direvisi ke bawah menjadi minus 0,5%, dari sebelumnya minus 0,1%.
Data-data ini membuka kemungkinan (meski kecil) bahwa The Federal Reserve/The Fed bisa saja tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Sebab ekonomi AS ternyata belum berlari secepat perkiraan, masih ada hambatan di sana-sini.
Artinya, ada risiko yield obligasi pemerintah AS tidak akan melonjak. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek yield obligasi. Jika ada potensi The Fed tidak terlalu agresif, maka yield pun akan adem ayem saja.
Ini membuat obligasi pemerintah AS menjadi kurang menarik dan mengalami tekanan jual. Sepekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 2 bps yang menandakan harga instrumen ini turun karena minimnya permintaan.
Sebagian arus modal itu tampaknya hinggap di pasar obligasi Indonesia. Apalagi Bank Indonesia (BI) baru menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 6% pada 15 November lalu. Sejak Mei, BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah melonjak 175 bps.
Investor yang berharap cuan pun berbondong-bondong membeli obligasi pemerintah Indonesia. Tingginya minat pasar membuat harga instrumen ini naik dan yield terus tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
AS-China Kian Mesra, Yield Surat Utang RI Turun
(aji/aji)