
Hingga Tengah Hari, IHSG Rajai Asia!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 November 2018 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa bursa saham tanah air pada hari ini patut diacungi jempol. Dibuka melemah 0,19% ke level 5.936,66, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 1 dengan penguatan sebesar 0,66% ke level 5.987,06.
Jika dibandingkan dengan pergerakan bursa saham negara-negara tetangga, IHSG jelas menjadi yang terbaik: indeks Nikkei naik 0,41%, indeks Hang Seng naik 0,04%, indeks Strait Times naik 0,06%, indeks SET (Thailand) naik 0,05%, indeks Nifty 50 (India) naik 0,34%, indeks Shanghai turun 0,55%, indeks Kospi turun 0,44%, indeks KLCI (Malaysia) turun 0,11%, dan indeks PSI (Filipina) turun 0,15%.
Sentimen pada perdagangan hari ini bisa dibilang cukup netral. Di satu sisi, rilis data ekonomi di AS yang tak mampu memenuhi ekspektasi membawa angin segar bagi bursa saham regional. Klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018 diumumkan sebesar 224.000, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 215.000, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode Oktober 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 0,1% MoM, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM.
Mengecewakannya rilis data tersebut menimbulkan persepsi bahwa The Federal Reserve belum akan mengerek suku bunga acuan pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 72,3%. Posisi ini lebih rendah dari posisi bulan lalu yang sebesar 78,4%.
Namun, tak sedikit juga pelaku pasar yang menganggap bahwa probabilitas normalisasi pada bulan depan masih tinggi. Angkanya masih di atas 70%. Pelaku pasar memandang bahwa kemungkinan The Fed menunda rencana normalisasinya adalah tipis.
Apalagi, Presiden AS Donald Trump sudah beberapa kali menyerang kebijakan pengetatan yang diambil oleh The Fed. Tak hanya institusinya, Gubernur The Fed yakni Jerome Powell juga ikut diserang oleh Trump.
Oleh karenanya, menjadi penting bagi The Fed untuk membuktikan independensinya. Walau perekonomian melambat pun, akan sulit memaksa The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan.
Akibat masih tingginya persepsi terkait dengan normalisasi The Fed pada bulan Desember, banyak mata uang dari negara-negara Asia diperdagangkan melemah melawan dolar AS di pasar spot: yuan melemah 0,06%, dolar Singapura melemah 0,08%, won melemah 0,19%, baht melemah 0,24%, dan peso melemah 0,31%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Jika dibandingkan dengan pergerakan bursa saham negara-negara tetangga, IHSG jelas menjadi yang terbaik: indeks Nikkei naik 0,41%, indeks Hang Seng naik 0,04%, indeks Strait Times naik 0,06%, indeks SET (Thailand) naik 0,05%, indeks Nifty 50 (India) naik 0,34%, indeks Shanghai turun 0,55%, indeks Kospi turun 0,44%, indeks KLCI (Malaysia) turun 0,11%, dan indeks PSI (Filipina) turun 0,15%.
Mengecewakannya rilis data tersebut menimbulkan persepsi bahwa The Federal Reserve belum akan mengerek suku bunga acuan pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 72,3%. Posisi ini lebih rendah dari posisi bulan lalu yang sebesar 78,4%.
Namun, tak sedikit juga pelaku pasar yang menganggap bahwa probabilitas normalisasi pada bulan depan masih tinggi. Angkanya masih di atas 70%. Pelaku pasar memandang bahwa kemungkinan The Fed menunda rencana normalisasinya adalah tipis.
Apalagi, Presiden AS Donald Trump sudah beberapa kali menyerang kebijakan pengetatan yang diambil oleh The Fed. Tak hanya institusinya, Gubernur The Fed yakni Jerome Powell juga ikut diserang oleh Trump.
Oleh karenanya, menjadi penting bagi The Fed untuk membuktikan independensinya. Walau perekonomian melambat pun, akan sulit memaksa The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan.
Akibat masih tingginya persepsi terkait dengan normalisasi The Fed pada bulan Desember, banyak mata uang dari negara-negara Asia diperdagangkan melemah melawan dolar AS di pasar spot: yuan melemah 0,06%, dolar Singapura melemah 0,08%, won melemah 0,19%, baht melemah 0,24%, dan peso melemah 0,31%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Next Page
Saham Bank BUKU IV Jadi Motor Utama IHSG
Pages
Most Popular