Harga CPO Merosot 20% Hingga Muncul Risiko PHK, Ini Sebabnya!

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
22 November 2018 11:49
Fundamental Buruk, Wajar Jika Harga Ambruk
Foto: Reuters
Kelima, faktor terakhir datang dari faktor fundamental. Stok Malaysia dan Indonesia, dua top produsen CPO dunia, terus mengalami peningkatan pada tahun ini.

Beberapa waktu lalu, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) merilis bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia naik 7,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 2,72 juta ton pada Oktober. Capaian itu merupakan level tertinggi sejak Desember 2017. Secara historis, stok minyak kelapa sawit Negeri Jiran telah meningkat selama 5 bulan berturut-turut.

Hal senada juga disampaikan oleh GAPKI. Pada bulan September 2018, stok akhir minyak kelapa sawit Indonesia tercatat naik sebesar 0,26% MtM ke 4,6 juta ton. Sebelumnya, pada bulan Juli 2018, stok minyak kelapa sawit RI mencapai rekor 4,9 juta ton, naik 5 bulan berturut-turut sejak bulan Maret 2018.



Stok kedua negara produsen di Asia Tenggara ini  bahkan diperkirakan masih akan melambung hingga akhir tahun ini. Pasalnya, produksi minyak kelapa sawit akan mengalami peningkatan seiring pola musimannya.  

Teranyar, GAPKI melaporkan tingkat produksi minyak kelapa sawit RI meningkat 8,87% MtM pada bulan September 2018 ke angka 4,42 juta ton. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi di tahun ini. Peningkatan produksi CPO juga terjadi di Malaysia, yakni mencapai 6% MtM ke 1,96 juta ton per bulan Oktober 2018.

Di saat produksi diekspektasikan melambung, permintaan malah cenderung diramal akan tetap lesu. Selain bea impor yang dikenakan India, stok minyak kedelai domestik yang melambung juga menjadi penghambat permintaan di Negeri Bollywood.

Mengutip Reuters, produksi kedelai di India bahkan diramal meningkat 20% secara tahunan (year-on-year/YoY) ke angka 10 juta ton pada periode Oktober 2018-Oktober 2019. Kemudian, jumlah lahan di India yang ditanami kedelai juga diekspektasikan meningkat menjadi 11,1 juta hektar di periode yang sama, dari sebelumnya 10,2 juta hektar.

Sementara, permintaan dari top importir lainnya seperti China dan Eropa juga diperkirakan akan melambat pada 3 bulan terakhir tahun ini. Pasalnya, minyak kelapa sawit memang cenderung memadat pada musim dingin.

Terbaru, GAPKI melaporkan ekspor CPO, Lauric Oil, Oleochemical, dan Biodiesel RI tercatat menurun 3,33% MtM ke 3,19 juta ton pada bulan September 2018.

Kemudian, realisasi ekspor minyak kelapa sawit Malaysia turun 3% MtM ke 1,57 juta ton pada bulan Oktober 2018, mengutip data dari MPOB.

Melihat fundamental yang buruk seperti ini, wajar jika harga CPO nampaknya memang belum akan bangkit. Tahun 2018 memang menjadi tahun yang suram bagi CPO…

(TIM RISET CNBC INDONESIA)  

(RHG/ray)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular