Soal CAD, Ini Peringatan BI untuk Pemerintah

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
21 November 2018 14:26
Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menjadi salah satu hal paling dikhawatirkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI).
Foto: Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menjadi salah satu hal yang paling dikhawatirkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI).

Pada kuartal III-2018, defisit transaksi berjalan mencapai US$8,85 miliar atau 3,37% dari produk domestik bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak kuartal II-2014.


Bagi bank sentral, angka defisit pada kuartal III-2018 masih cukup sehat, sejalan dengan lonjakan impor untuk kebutuhan barang modal yang menandakan kegiatan ekonomi tahun ini berjalan dengan baik.

Namun di satu sisi, bank sentral pun memberikan peringatan kepada pemerintah untuk segera memperbaiki sektor riil agar sektor manufaktur kembali terangkat.

"Kami mencatat ini sebagai suatu isu bagi pemerintah harus berbenah," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Rabu (21/11/2018).

Kekhawatiran BI sendiri terbilang wajar. Pasalnya, barang modal dan bahan baku yang selama ini diimpor membuktikan bahwa industri dalam negeri mengalami deindustrialisasi.

'Penyakit' yang sudah menahun ini dapat dilihat dari kontribusi industri pengolahan yang semakin menurun dalam produk domestik bruto (PDB) di Indonesia.

Sejak 2008, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB terus menurun drastis hingga menyentuh angka 20,16% pada 2017. Padahal pada 2008, kontribusi sektor ini masih mencapai 27,81%.

Alhasil, lonjakan perekonomian selalu diiringi dengan impor yang naik tajam. Sementara itu, kinerja ekspor tidak bisa mengimbangi karena ekspor Indonesia masih bergantung pada komoditas.

Artinya, produk ekspor Indonesia bergantung pada mekanisme pasar. Saat harga komoditas ekspor ungggulan anjlok, ekspor Indonesia pun ikut amblas, seperti yang terjadi saat ini.

Ketika ekspor lesu sementara impor barang-barang melambung pesat, otomatis neraca perdagangan barang pun tidak tertolong dan menyebabkan defisit transaksi berjalan melebar.

"Setiap saat kita tumbuh, perekonomian tinggi, dorongan impor akan meningkat dan current account cenderung akan kembali defisit," tegas Dody.


Dody menegaskan bank sentral pun saat ini terus berupaya mengendalikan defisit transaksi berjalan dengan kembali mengerek bunga acuan untuk menarik modal asing masuk ke Indonesia.

Kenaikan bunga acuan diharapkan dapat memancing aliran arus modal yang masuk sehingga dapat membiayai defisit transaksi berjalan di tengah pengetatan likuiditas global.


(prm) Next Article CAD 2020 Ramping, Awas 2021 Bisa Melar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular