
Investor Asing Serbu Saham & Obligasi, Rupiah Terselamatkan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 November 2018 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah begitu volatile pada perdagangan hari ini. Dibuka menguat 0,64% di pasar spot ke level Rp 14.515/dolar AS, rupiah justru melemah 0,07% ke level Rp 14.618/dolar AS pada tengah hari. Kini, rupiah kembali menguat sebesar 0,16% ke level Rp 14.585/dolar AS.
Rupiah menguat kala dolar AS sedang perkasa melawan mata uang negara-negara Asia lainnya. Secara berturut-turut melawan dolar Singapura, dolar Hong Kong, dolar Taiwan, Won, dan baht di pasar spot, dolar AS menguat sebesar 0,03%, 0,04%, 0,46%, 0,62%, dan 0,4%.
Pelaku pasar sedang harap-harap cemas menantikan perkembangan dari Inggris seputar proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), sehingga mereka lari ke pelukan dolar AS.
Sebanyak 23 Member of Parliament (MP) dari Partai Konservatif yang merupakan partai Pimpinan Theresa May telah secara terbuka mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan surat yang isinya meminta pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Theresa May. Aksi ini terjadi pasca May mengamankan dukungan terkait draf Brexit dari Uni Eropa dan Kabinetnya sendiri.
Sebanyak 48 surat dibutuhkan untuk melakukan pemungutan suara tersebut. Besar kemungkinan, jumlah MP yang mengirimkan surat terus bertambah dan membuat masa depan Theresa May menjadi benar-benar di ujung tanduk.
Jika Theresa May sampai dilengserkan, nasib Brexit bisa menjadi kian tidak jelas. Pada akhirnya, perekonomian Inggris dan Uni Eropa menjadi taruhannya.
Namun, aksi beli investor asing di pasar saham menyelamatkan laju rupiah. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 240,2 miliar.
5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 106,3 miliar), PT Pabrik Kertas Twiji Kimia Tbk/TKIM (Rp 43,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 35,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 34,9 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 31,9 miliar).
Investor asing lantas sudah membukukan beli bersih selama 4 hari berturut-turut sampai dengan hari ini. Appetite investor asing terhadap pasar saham dalam negeri memang sedang tinggi-tingginya. Sepanjang minggu lalu, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun.
Memang, sepanjang tahun ini investor asing sudah sangat gencar melakukan aksi jual di pasar saham. Bahkan setelah ada inflow senilai Rp 3,38 triliun pekan lalu, investor asing tercatat masih membukukan jual bersih senilai Rp 45,09 triliun sepanjang tahun 2018 (sampai dengan akhir perdagangan tanggal 16 November 2018).
Wajar jika kini investor asing terus melakukan akumulasi. Apalagi, IHSG punya catatan impresif selama bulan Desember.
Setidaknya dalam 10 tahun terakhir (2008-2017), IHSG tak pernah membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember.
Di pasar obligasi, aksi beli investor asing nampaknya juga terjadi, walaupun tidak bisa dikonfirmasi 100% lantaran datanya baru dirilis oleh Kementerian Keuangan beberapa hari mendatang.
Aksi beli investor asing di pasar obligasi terlihat dari turunnya imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia tenor acuan. Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5, 10, 15, dan 30 tahun.
Pada hari ini, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 5, 10, dan 30 tahun turun masing-masing sebesar 1,6 bps, 2,7 bps, dan 2,4 bps. Sementara untuk tenor 15 tahun, imbal hasil naik sebesar 0,4 bps.
Sebagai informasi, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika imbal hasilturun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika imbal hasil naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar obligasi, sepanjang bulan lalu investor asing memang sangat gencar melakukan aksi beli, dengan nilai bersih sebesar Rp 13,47 triliun. Harga obligasi yang terus terkoreksi sepanjang tahun ini membuat imbal hasil berada dalam posisi yang menarik bagi investor asing. Pada tanggal 16 Oktober 2018, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun menyentuh level 8,854%, level tertinggi sejak awal 2016.
Lebih lanjut, angka inflasi Indonesia tahun ini sangatlah rendah. Pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi tahun kalender sampai dengan Oktober 2018 adalah sebesar 2,22%, jauh di bawah target dalam APBN 2018 yang sebesar 3,5%.
Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Rupiah menguat kala dolar AS sedang perkasa melawan mata uang negara-negara Asia lainnya. Secara berturut-turut melawan dolar Singapura, dolar Hong Kong, dolar Taiwan, Won, dan baht di pasar spot, dolar AS menguat sebesar 0,03%, 0,04%, 0,46%, 0,62%, dan 0,4%.
Sebanyak 48 surat dibutuhkan untuk melakukan pemungutan suara tersebut. Besar kemungkinan, jumlah MP yang mengirimkan surat terus bertambah dan membuat masa depan Theresa May menjadi benar-benar di ujung tanduk.
Jika Theresa May sampai dilengserkan, nasib Brexit bisa menjadi kian tidak jelas. Pada akhirnya, perekonomian Inggris dan Uni Eropa menjadi taruhannya.
Namun, aksi beli investor asing di pasar saham menyelamatkan laju rupiah. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 240,2 miliar.
5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 106,3 miliar), PT Pabrik Kertas Twiji Kimia Tbk/TKIM (Rp 43,7 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 35,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 34,9 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 31,9 miliar).
Memang, sepanjang tahun ini investor asing sudah sangat gencar melakukan aksi jual di pasar saham. Bahkan setelah ada inflow senilai Rp 3,38 triliun pekan lalu, investor asing tercatat masih membukukan jual bersih senilai Rp 45,09 triliun sepanjang tahun 2018 (sampai dengan akhir perdagangan tanggal 16 November 2018).
Wajar jika kini investor asing terus melakukan akumulasi. Apalagi, IHSG punya catatan impresif selama bulan Desember.
Setidaknya dalam 10 tahun terakhir (2008-2017), IHSG tak pernah membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember.
Di pasar obligasi, aksi beli investor asing nampaknya juga terjadi, walaupun tidak bisa dikonfirmasi 100% lantaran datanya baru dirilis oleh Kementerian Keuangan beberapa hari mendatang.
Aksi beli investor asing di pasar obligasi terlihat dari turunnya imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia tenor acuan. Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5, 10, 15, dan 30 tahun.
Sebagai informasi, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika imbal hasilturun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika imbal hasil naik, berarti harga sedang turun.
Di pasar obligasi, sepanjang bulan lalu investor asing memang sangat gencar melakukan aksi beli, dengan nilai bersih sebesar Rp 13,47 triliun. Harga obligasi yang terus terkoreksi sepanjang tahun ini membuat imbal hasil berada dalam posisi yang menarik bagi investor asing. Pada tanggal 16 Oktober 2018, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun menyentuh level 8,854%, level tertinggi sejak awal 2016.
Lebih lanjut, angka inflasi Indonesia tahun ini sangatlah rendah. Pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi tahun kalender sampai dengan Oktober 2018 adalah sebesar 2,22%, jauh di bawah target dalam APBN 2018 yang sebesar 3,5%.
Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular