
Kejutan dari BI Bawa IHSG Dekati 6.000
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 November 2018 16:48

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) yang secara mengejutkan mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi 6% ikut memotori penguatan IHSG. Keputusan ini mengejutkan lantaran konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Dari seluruh ekonom yang kami survei, tidak ada satu pun yang memperkirakan suku bunga acuan akan di utak-atik.
Sebelum BI mengumumkan keputusannya, IHSG diperdagangkan di level 5.927,29 (+1,18% dibandingkan penutupan perdagangan hari Rabu, 14/11/2018), sebelum akhirnya melesat dan ditutup di level 5.955,74.
Respons pelaku pasar yang begitu positif terhadap keputusan ini di pasar mata uang membuat pasar saham kebagian berkahnya. Sebelum BI mengumumkan keputusannya, rupiah menguat sebesar 0,3% di pasar spot ke level Rp 14.740/dolar AS. Pada akhir perdagangan, penguatan rupiah membengkak menjadi 0,74% ke level Rp 14.675/dolar AS.
Sebelumnya, laju rupiah dibatasi oleh ketakutan mengenai membengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) periode kuartal-IV 2018. Ketakutan ini datang dari defisit neraca dagang periode Oktober 2018 yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada sekitar pukul 11:25 WIB di angka US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 62,5 juta.
Pada bulan September, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 227 juta. Defisit bulan Oktober sekaligus menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
Sepanjang Oktober, ekspor tercatat tumbuh sebesar 3,59% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 1,4% YoY. Sementara itu, impor meroket 23,66%, mengalahkan konsensus yang sebesar 10% YoY.
Keputusan BI memberikan suntikan energi yang begitu besar bagi rupiah. Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di tanah air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing.
Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Penguatan rupiah yang begitu pesat membuat saham-saham bank BUKU IV menjadi pilihan utama investor: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,86%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,8%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,79%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,76%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,52%.
Indeks sektor jasa keuangan melesat sebesar 1,56%, menjadikannya kontributor terbesar bagi penguatan IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Dari seluruh ekonom yang kami survei, tidak ada satu pun yang memperkirakan suku bunga acuan akan di utak-atik.
Sebelum BI mengumumkan keputusannya, IHSG diperdagangkan di level 5.927,29 (+1,18% dibandingkan penutupan perdagangan hari Rabu, 14/11/2018), sebelum akhirnya melesat dan ditutup di level 5.955,74.
Sebelumnya, laju rupiah dibatasi oleh ketakutan mengenai membengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) periode kuartal-IV 2018. Ketakutan ini datang dari defisit neraca dagang periode Oktober 2018 yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada sekitar pukul 11:25 WIB di angka US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 62,5 juta.
Pada bulan September, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 227 juta. Defisit bulan Oktober sekaligus menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
Sepanjang Oktober, ekspor tercatat tumbuh sebesar 3,59% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 1,4% YoY. Sementara itu, impor meroket 23,66%, mengalahkan konsensus yang sebesar 10% YoY.
Keputusan BI memberikan suntikan energi yang begitu besar bagi rupiah. Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di tanah air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing.
Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Penguatan rupiah yang begitu pesat membuat saham-saham bank BUKU IV menjadi pilihan utama investor: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,86%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,8%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,79%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,76%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,52%.
Indeks sektor jasa keuangan melesat sebesar 1,56%, menjadikannya kontributor terbesar bagi penguatan IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular