
IHSG Tetap Kalem Saat Suku Bunga Acuan Naik, Tahan Lama Gak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan dinilai positif untuk jangka pendek. Pasar pun nampak mengapresiasi langkah BI tersebut demi mengantisipasi dalam menghadapi kenaikan inflasi domestik.
Buktinya, pasca pengumuman BI tersebut IHSG cenderung mempertahankan penguatan atau rebound. Bahkan IHSG sempat menguat 1% sebelum akhirnya ditutup menguat 0,78% ke level 7.163.27.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan suku bunga acuan ini sebetulnya sudah dinanti sekian lama oleh pasar.
"Hal ini memang sebuah rasa yang dipendam cukup lama, dan baru terungkap sekarang," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/8/2022).
Nico mengatakan masih besarnya potensi kenaikan tingkat suku bunga The Fed dan suku bunga global, tentu akan membuat pelaku pasar dan investor cenderung memilih mana negara yang masih memberikan daya tarik.
"Oleh sebab itu kami menilai bahwa kenaikan tingkat suku bunga, telah mendorong daya tarik berinvestasi tersebut," ujarnya.
Dia menambahkan, seperti yang diketahui bersama bahwa wacana terkait dengan kenaikan harga bensin menjadi salah satu katalis pendorong inflasi. Sehingga, bisa dibilang ini merupakan salah satu kebijakan yang selangkah ke depan.
"Dan ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak Perry, yaitu langkah pre-emptive dan forward looking untuk menjangkar ekspektasi inflasi inti akibat kenaikan BBM nonsubsidi dan volatile food," ujarnya.
Langkah BI menaikkan suku bunga acuan ini dinilai sebagai salah satu langkah positif, namun untuk jangka pendek, setidaknya hingga akhir bulan ini.
"Secara jangka menengah hingga panjang, dampak kenaikan tingkat suku bunga tentu akan terasa. Apalagi kita harus perhatikan, kenaikan tingkat suku bunga akan menurunkan nilai investasi, daya beli dan konsumsi, serta pendapatan perusahaan. Meskipun ada pemulihan ekonomi, kita harapkan daya beli dapat terjaga," jelasnya.
Meski demikian, lanjut Nico, sentimen positif ini bisa saja pudar akibat kehadiran Powell dalam Jackson Hole. So, investor dan pelaku pasar tetap harus berhati-hati, karena volatilitasnya akan cukup tinggi pekan ini.
Sementara itu Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, para pelaku pasar mengapresiasi kebijakan BI dalam menaikkan 7DRRR sebesar 25 bps.
"Kebijakan pre-emptive tersebut bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, serta sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi kenaikan inflasi domestik, sekaligus menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/8/2022).
Seperti diketahui, langkah Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan pada hari ini, Selasa (23/8/2022), sebetulnya merupakan kejutan.
Sebab, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menyatakan bahwa mayoritas responden memperkirakan geng MH Thamrin masih mempertahankan suku bunga acuan.
Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 13 memproyeksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 3,50%. Dua lainnya memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini.
Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini, Selasa (23/8/2022) memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 3,75% dari sebelumnya 3,50%. Sebelumnya, BI sudah mempertahankan suku bunga acuan di 3,5% sejak Februari 2021.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sektor yang Untung dan Buntung Dari Kejutan Suku Bunga BI