Stok Malaysia Berlimpah, Harga CPO Drop 5 Hari Berturut-turut

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 November 2018 13:46
Harga CPO kontrak Januari 2019 di Bursa Malaysia amblas 1,13% ke MYR 2.017/ton pada perdagangan sesi 1 hari ini Senin (12/11/2018)
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia amblas 1,13% ke MYR 2.017/ton pada perdagangan hari ini Senin (12/11/2018), hingga pukul 11.30 WIB atau penutupan perdagangan sesi 1.

Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini sudah melemah sepanjang 5 hari beruntun, sekaligus makin terjerumus ke level terendahnya dalam lebih dari 3 tahun terakhir atau sejak awal September 2018.

BACA: Dikeroyok Sentimen Negatif, Harga CPO Turun 5% Pekan Ini

Pelemahan harga CPO masih di awal pekan ini utamanya didorong oleh pelaku pasar yang "grogi" menyambut rilis data resmi pasar minyak kelapa sawit Malaysia.



Pelaku pasar cenderung menahan pembelian menanti rilis data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Sebelumnya, stok minyak kelapa sawit di Malaysia per akhir Oktober diproyeksikan meningkat 14,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 2,9 juta ton, mengutip survei dari Reuters.

Peningkatan stok tersebut tidak lepas dari produksi yang diekspektasikan meningkat 5,7% MtM ke 1,96 juta ton pada bulan lalu, sementara ekspor justru diestimasikan menurun 13% MtM ke 1,41 juta ton di periode yang sama.

Akibat ekspektasi peningkatan stok tersebut, akhirnya investor cenderung bermain aman, sembari menanti rilis data dari MPOB. Sebagai informasi, sentimen peningkatan stok minyak kelapa sawit Negeri Jiran ini telah sukses memukul harga CPO dalam beberapa hari terakhir.

Selain itu, harga CPO juga dipengaruhi koreksi harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) yang turun 2% lebih dalam seminggu terakhir.

Koreksi tajam harga minyak kedelai terjadi di akhir pekan lalu (-1,43%), menyusul pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menaikkan proyeksinya untuk stok kedelai di Negeri Paman Sam. Hal ini kembali memunculkan kekhawatiran bahwa konflik dagang dengan China telah menurunkan proyeksi ekpor minyak kedelai AS.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

Meski demikian, setelah penutupan perdagangan sesi 1, MPOB akhirnya merilis bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia "hanya"naik 7,6% MtM ke 2,72 juta ton pada Oktober. Masih lebih rendah dari prediksi Reuters yang mengestimasikan kenaikan sebesar 14,1% MtM.

MPOB sebenarnya melaporkan produksi minyak kelapa sawit naik 6% MtM ke 1,96 juta ton, masih lebih kencang dibandingkan proyeksi Reuters sebesar 5,7% MtM. Namun, di sisi lain, realisasi ekspor "hanya" tercatat turun 3% MtM ke 1,57 juta ton, jauh lebih ringan dibandingkan estimasi penurunan sebesar 13% MtM.

Sebagai catatan, walaupun stok minyak kelapa sawit Malaysia di Oktober meningkat lebih lambat dibandingkan ekspektasi, namun secara historis besarannya telah meningkat selama 5 bulan berturut-turut ke level tertingginya sejak Desember 2017.

Menarik untuk disimak, bagaimana respon pasar dalam menyikapi data ini di perdagangan sesi 2 hari ini. Stok yang meningkat lebih rendah dari ekspektasi dapat memberikan energi bagi pergerakan harga. Di sisi lain, peningkatan stok ke level tertingginya di tahun ini juga bisa menjadi sinyal bearish bagi pasar.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/hps) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular