Dikeroyok Sentimen Negatif, Harga CPO Turun 5% Pekan Ini

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 November 2018 15:13
Harga CPO kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia amblas 5,25%% ke level MYR 2.040/ton secara point-to-point, dalam sepekan ini.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia amblas 5,25%% ke level MYR 2.040/ton secara point-to-point, dalam sepekan ini. Koreksi mingguan inj merupakan yang terbesar sejak pertengahan Juli lalu.

Bahkan, apabila ditelusuri secara historis, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia kini berada di level terendahnya lebih dari 3 tahun terakhir, atau sejak awal September 2015.

Pelemahan harga CPO masih di sepanjang pekan ini utamanya didorong oleh proyeksi peningkatan stok minyak kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia, serta koreksi harga minyak mentah dan minyak kedelai.



Stok minyak kelapa sawit di Malaysia per akhir Oktober diproyeksikan meningkat 14,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 2,9 juta ton, mengutip survei dari Reuters. Jika terealisasikan, level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir.

Peningkatan stok tersebut tidak lepas dari produksi yang diekspektasikan meningkat 5,7% MtM ke 1,96 juta ton pada bulan lalu, sementara ekspor justru diestimasikan menurun 13% MtM ke 1,41 juta ton di periode yang sama.

Tidak hanya dari Malaysia, produksi minyak kelapa sawit di Indonesia juga diproyeksikan meningkat hampir sebesar 9% MtM pada bulan September, menurut data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Seiring produksi yang melambung tersebut, GAPKI melaporkan stok minyak kelapa sawit mengalami peningkatan 0,2% MtM ke angka 4,6 juta ton di periode itu. Indonesia dan Malaysia adalah produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Peningkatan produksi dan stok dari dua negara tersebut jelas akan membebani harga.

Selain itu, harga CPO terpengaruh oleh koreksi harga minyak mentah dunia. Dalam sepekan ini, harga minyak mentah jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) amblas 4,67% secara point-to-point, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi 3,64%.

BACA: Turun 10 Hari Beruntun, Harga Minyak Amblas 5% Pekan Lalu

Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal itu lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.  

Selain itu, harga CPO juga dipengaruhi koreksi harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) yang turun 2% lebih dalam seminggu terakhir.

Koreksi tajam harga minyak kedelai terjadi di akhir pekan, menyusul pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menaikkan proyeksinya untuk stok kedelai di Negeri Paman Sam. Hal ini kembali memunculkan kekhawatiran perang dagang dengan China telah menurunkan proyeksi ekpor minyak kedelai AS.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/RHG) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular