Double Blow Eksternal dan Domestik Kanvaskan Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 November 2018 08:31
Dua Faktor Ini Bebani Rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)
Sentimen domestik sepertinya menjadi beban berat bagi rupiah. Akhir pekan lalu, Bank Indonesia merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Hasilnya sesuai perkiraan, defisit NPI lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya. 


Pada kuartal III-2018, NPI mengalami defisit US$ 4,39 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang juga minus US$ 4,31 miliar. Pencapaian kuartal III-2018 merupakan yang terendah sejak kuartal III-2015. 

NPI terdiri dari transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Pada kuartal II-2018, keduanya tekor. 

Transaksi berjalan, yang menggambarkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, mengalami defisit US$ 8,85 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak kuartal II-2014. Pos ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, karena mencerminkan pasokan devisa dari sumber yang lebih berjangka panjang yaitu perdagangan.  


Sementara transaksi modal dan finansial, yang mencerminkan pasokan valas dari investasi di sektor riil dan pasar keuangan, defisit US$ 4,67 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 3,44 miliar. 

Data NPI, terutama transaksi berjalan, menjadi perhatian utama pelaku pasar. Pasalnya, data ini mencerminkan pasokan di perekonomian nasional. Jika defisit, berarti memang pasokan valas sedang seret sehingga wajar kalau rupiah melemah. 

Dengan NPI (dan transaksi berjalan) yang defisit, bahkan lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya, maka artinya Indonesia sedang kekurangan valas. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan domestik terutama rupiah. 

Tidak hanya domestik, faktor eksternal juga berat buat rupiah. Pasalnya dolar AS memang perkasa. Dollar Index, yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia, menguat 0,08% pada puku 08:17 WIB. 

Dolar AS masih merasakan suntikan adrenalin dari hasil rapat The Federal Reserbe/The Fed edisi Oktober 2018. Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memang mempertahankan suku bunga acuan di 2-2,25%. Namun The Fed masih memandang kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang layak untuk ditempuh. 


Pernyataan ini membuat pelaku pasar bernafsu memburu dolar AS. Pasalnya kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengatrol imbalan investasi, terutama di instrumen berpendapatan tetap.  

Hari ini sepertinya masih berat buat rupiah. Sentimen domestik dan eksternal menjadi double blow yang memukul mata uang Tanah Air sehingga menjadi yang terlemah di Asia. Bak petinju yang terkena pukulan ganda, rupiah pun terhempas mencium kanvas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular