CAD Bengkak 3,37% PDB, Tertinggi Sejak 4 Tahun Terakhir!
Alfado Agustio,
CNBC Indonesia
09 November 2018 19:38
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) baru saja merilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Salah satu komponen yang paling ditunggu-tunggu adalah transaksi berjalan. Â
Pada periode tersebut, transaksi berjalan mengalami defisit US$ 8,846 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Â Â
Â
Defisit ini merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Defisit tertinggi terakhir ada di periode kuartal II-2014, dimana defisit saat itu mencapai US$ 9,113 miliar atau 4,2% dari PDB. Â
Membengkaknya defisit dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, defisit neraca perdagangan migas yang naik. Pada kuartal III-2018, defisit neraca perdagangan migas mencapai US$ 3,528 miliar atau naik US$ 767 juta dibandingkan kuartal II 2018. Ini merupakan defisit tertinggi setidaknya dalam 5 tahun terakhirÂ
Harga minyak global yang naik jadi penyebab utama meningkatnya defisit migas. Selama kuartal III-2018, harga minyak jenis Brent yang jadi acuan naik hingga 4,13% hingga menyentuh di atas level US$ 80/barelÂ
Sebagai negara net importir minyak, peningkatan harga minyak global jadi beban. Dampaknya mendorong defisit perdagangan migas ikut terkerek naik. Â
Kedua, kenaikan defisit neraca perdagangan jasa. Di periode kuartal III-2018, defisit perdagangan jasa membengkak jadi US$ 2,215 miliar atau naik US$ 359 juta. Sebagai catatan, defisit Ini merupakan defisit tertinggi sejak kuartal IV-2017. Â
Ketiga, peningkatan defisit neraca pendapatan primer. Pada kuartal III-2018, defisit pendapatan primer mencapai US$ 8,026 miliar atau naik US$ 9 juta dolar. Seperti halnya defisit neraca perdagangan jasa, defisit pendapatan primer merupakan yang tertinggi sejak kuartal IV-2017.Â
Ketiga hal ini menjadi beberapa penyebab kenaikan defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018. Dampak dari rilis data tersebut, diperkirakan akan terus berlangsung hingga pekan mendatang. Pemerintah dan BI perlu mewaspadai risiko pelemahan rupiah merespon rilis data yang ada. Â
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pada periode tersebut, transaksi berjalan mengalami defisit US$ 8,846 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Â Â
Â
Membengkaknya defisit dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, defisit neraca perdagangan migas yang naik. Pada kuartal III-2018, defisit neraca perdagangan migas mencapai US$ 3,528 miliar atau naik US$ 767 juta dibandingkan kuartal II 2018. Ini merupakan defisit tertinggi setidaknya dalam 5 tahun terakhirÂ
Harga minyak global yang naik jadi penyebab utama meningkatnya defisit migas. Selama kuartal III-2018, harga minyak jenis Brent yang jadi acuan naik hingga 4,13% hingga menyentuh di atas level US$ 80/barelÂ
Sebagai negara net importir minyak, peningkatan harga minyak global jadi beban. Dampaknya mendorong defisit perdagangan migas ikut terkerek naik. Â
Kedua, kenaikan defisit neraca perdagangan jasa. Di periode kuartal III-2018, defisit perdagangan jasa membengkak jadi US$ 2,215 miliar atau naik US$ 359 juta. Sebagai catatan, defisit Ini merupakan defisit tertinggi sejak kuartal IV-2017. Â
Ketiga, peningkatan defisit neraca pendapatan primer. Pada kuartal III-2018, defisit pendapatan primer mencapai US$ 8,026 miliar atau naik US$ 9 juta dolar. Seperti halnya defisit neraca perdagangan jasa, defisit pendapatan primer merupakan yang tertinggi sejak kuartal IV-2017.Â
Ketiga hal ini menjadi beberapa penyebab kenaikan defisit transaksi berjalan di kuartal III-2018. Dampak dari rilis data tersebut, diperkirakan akan terus berlangsung hingga pekan mendatang. Pemerintah dan BI perlu mewaspadai risiko pelemahan rupiah merespon rilis data yang ada. Â
TIM RISET CNBC INDONESIA