
Analisis Teknikal
Awan Hitam Belum Pergi, IHSG Berpotensi Kembali Terkoreksi
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
12 November 2018 07:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak turun dengan rentang pergerakannya berada di 5.871 hingga 5.794 pada hari ini, Senin (12/11/2018). Kami mengidentifikasi kemungkinan tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) mayoritas ditutup melemah di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang tercermin dari anjloknya harga minyak. Indeks Dow Jones turun 0,77%, S&P 500 turun 0,92%, dan Nasdaq anjlok 1,65%.
Data yang mengecewakan dari China mengurangi sentimen positif yang ada di Wall Street. Asosiasi industri otomotif terkemuka di Negeri Tirai Bambu tersebut mengatakan penjualan otomotif turun 11,7% pada bulan lalu, menandai penurunan keempat berturut-turut secara bulanan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018 mengalami defisit US$4,39 miliar, lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang juga minus US$4,31 miliar. Posisi ini adalah yang terendah sejak kuartal III-2015.
Sentimen yang memperberat IHSG lainnya adalah, aturan baru dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan penghitungan bobot saham-saham penghuni dua indeks penting, yakni LQ45 dan IDX30.
Mulai Februari 2019, BEI akan menggunakan metode free float adjusted index untuk menentukan bobot dari setiap saham penghuni indeks LQ45 dan IDX30, dari yang sebelumnya menggunakan metode capitalization-weighted index.
Definisi yang digunakan BEI terkait dengan free float adalah total saham scriptless yang dimiliki oleh investor dengan kepemilikan kurang dari 5%. Akibat dari penerapan aturan ini adalah perubahan kontribusi saham-saham berkapitalisasi besar terhadap pembentukan indeks IDX30.
Saham-saham ini nantinya menjadi kurang seksi untuk dikoleksi, karena tidak lagi punya andil besar di pasar. Bisa saja hasilnya investor melakukan aksi jual massal, yang membuat saham-saham kelas kakap terkoreksi. Kalau saham HMSP atau UNVR terkena tekanan jual, maka IHSG secara keseluruhan akan terancam.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis pola pergerakan IHSG dengan menggunakan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut.
Fase konsolidasi pada IHSG berakhir dengan penurunan, setelah membentuk pola lilin berputar (spinning candle) pada grafik sebelumnya, IHSG melanjutkan pergerakannya dengan lilin hitam panjang, sehingga pola baru IHSG terlihat seperti awan gelap yang menutupi (bearish engulfing). Pola tersebut memberikan sinyal akan terjadi penurunan.
Posisinya IHSG yang bergerak di bawah garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA 5), membuat IHSG kembali dalam tren tekanan dalam jangka pendek.
Menurut kami, kondisi bursa global yang masih diselimuti sentimen akan pelemahan ekonomi karena pertikaian di bidang ekonomi, ditambah dengan sinyal-sinyal pelemahan secara teknikal, berpotensi membuat IHSG terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Jangan Pesimistis, Asa IHSG Menguat Lagi Masih Terbuka
Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) mayoritas ditutup melemah di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang tercermin dari anjloknya harga minyak. Indeks Dow Jones turun 0,77%, S&P 500 turun 0,92%, dan Nasdaq anjlok 1,65%.
Data yang mengecewakan dari China mengurangi sentimen positif yang ada di Wall Street. Asosiasi industri otomotif terkemuka di Negeri Tirai Bambu tersebut mengatakan penjualan otomotif turun 11,7% pada bulan lalu, menandai penurunan keempat berturut-turut secara bulanan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018 mengalami defisit US$4,39 miliar, lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang juga minus US$4,31 miliar. Posisi ini adalah yang terendah sejak kuartal III-2015.
Sentimen yang memperberat IHSG lainnya adalah, aturan baru dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan penghitungan bobot saham-saham penghuni dua indeks penting, yakni LQ45 dan IDX30.
Definisi yang digunakan BEI terkait dengan free float adalah total saham scriptless yang dimiliki oleh investor dengan kepemilikan kurang dari 5%. Akibat dari penerapan aturan ini adalah perubahan kontribusi saham-saham berkapitalisasi besar terhadap pembentukan indeks IDX30.
Saham-saham ini nantinya menjadi kurang seksi untuk dikoleksi, karena tidak lagi punya andil besar di pasar. Bisa saja hasilnya investor melakukan aksi jual massal, yang membuat saham-saham kelas kakap terkoreksi. Kalau saham HMSP atau UNVR terkena tekanan jual, maka IHSG secara keseluruhan akan terancam.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis pola pergerakan IHSG dengan menggunakan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut.
![]() |
Posisinya IHSG yang bergerak di bawah garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA 5), membuat IHSG kembali dalam tren tekanan dalam jangka pendek.
Menurut kami, kondisi bursa global yang masih diselimuti sentimen akan pelemahan ekonomi karena pertikaian di bidang ekonomi, ditambah dengan sinyal-sinyal pelemahan secara teknikal, berpotensi membuat IHSG terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Jangan Pesimistis, Asa IHSG Menguat Lagi Masih Terbuka
Most Popular