
Sepekan Turun 0,54%, IHSG Terburuk Ketiga di Asia
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
10 November 2018 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia- Nahas, mungkin jadi kata yang paling cocok untuk menggembarkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Setelah mencatatkan reli kenaikan selama delapan hari berturut-turut, Jumat (9/11/2018), IHSG ditutup koreksi 1,72% ke level 5.894,15 poin.
Jika dihitung selama satu minggu IHSG turun 0,54% dan ditutup pada level 5.874,15. Di sisi lain, kondisi ini berbanding terbalik dengan pekan lalu, saat IHSG ditutup menguat 2,10% dan berada di level 5.906,29
Pada 4 hari pertama, IHSG dibawa terbang hingga mendekati level psikologis 6.000. Berbagai faktor, baik global maupun domestik jadi faktor pendorongnya. Dari faktor global, meredanya tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China ikut menumbukan sentimen positif di kalangan para investor.
Tanda-tanda "rujuk" antar kedua negara, terlihat dari pernyataan penasehat ekonomi gedung putih Larry Kudlow. Kudlow mengatakan, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping akan bertemu pada sela-sela pertemuan G-20 di akhir bulan ini. Presiden Trump sendiri bahkan telah menghubungi Presiden Xi guna memuluskan perdamaian tersebut.
"Diskusi dengan China sangat baik. Kami berdua semakin dekat untuk mencapai sesuatu. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan dengan China, dan itu akan adil untuk semua," kata Trump kepada jurnalis di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Pernyataan ini tentu mengurangi kekhawatiran investor terhadap adanya perang dagang. Risk Appetite (keinginan berburu instrumen investasi beresiko) kembali tumbuh, dan berimbas positif bagi pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia.
Sementara dari domestik, ada rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut sebesar 5,17% Year-on-Year (YoY). Angka ini memang lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 5,27% YoY.
Namun positifnya, rilis pertumbuhan ini melebihi dari ekspektasi pasar yaitu 5,14% YoY. Di sisi lain, rilis tersebut juga lebih tinggi dibandingkan periode kuartal II-2017 yaitu 5,06% YoY.
Pasar nampaknya cukup mengapresiasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini, terutama keberhasilan pemerintah dalam menjaga tingkat konsumsi dan investasi pada periode tersebut. Tingkat konsumsi berhasil dijaga pada level 5%. Sementara investasi berhasil tumbuh 6,96% YoY, lebih tinggi dari kuartal II-2018 yang hanya 5,87% YoY.
Alhasil investor pun terpacu untuk memburu instrumen pasar keuangan merespon data tersebut. Dalam 4 hari pertama, aliran modal asing yang masuk ke pasar saham mencapai Rp 3,82 triliun
Jika dihitung selama satu minggu IHSG turun 0,54% dan ditutup pada level 5.874,15. Di sisi lain, kondisi ini berbanding terbalik dengan pekan lalu, saat IHSG ditutup menguat 2,10% dan berada di level 5.906,29
Pada 4 hari pertama, IHSG dibawa terbang hingga mendekati level psikologis 6.000. Berbagai faktor, baik global maupun domestik jadi faktor pendorongnya. Dari faktor global, meredanya tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China ikut menumbukan sentimen positif di kalangan para investor.
"Diskusi dengan China sangat baik. Kami berdua semakin dekat untuk mencapai sesuatu. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan dengan China, dan itu akan adil untuk semua," kata Trump kepada jurnalis di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Pernyataan ini tentu mengurangi kekhawatiran investor terhadap adanya perang dagang. Risk Appetite (keinginan berburu instrumen investasi beresiko) kembali tumbuh, dan berimbas positif bagi pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia.
Sementara dari domestik, ada rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut sebesar 5,17% Year-on-Year (YoY). Angka ini memang lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 5,27% YoY.
Pasar nampaknya cukup mengapresiasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini, terutama keberhasilan pemerintah dalam menjaga tingkat konsumsi dan investasi pada periode tersebut. Tingkat konsumsi berhasil dijaga pada level 5%. Sementara investasi berhasil tumbuh 6,96% YoY, lebih tinggi dari kuartal II-2018 yang hanya 5,87% YoY.
Alhasil investor pun terpacu untuk memburu instrumen pasar keuangan merespon data tersebut. Dalam 4 hari pertama, aliran modal asing yang masuk ke pasar saham mencapai Rp 3,82 triliun
Satu hari sebelum akhir pekan, bala bencana datang juga. IHSG yang adem ayem menikmati kejayaan dalam 4 hari terakhir, mulai “kebakaran”. Bayangkan saja, IHSG mengalami anjlok hingga 1,72% dalam sehari. Apa kira-kira faktor yang menyebabkan hal tersebut?
Pertama, rilis rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Pada 8 November kemarin, Jerome Powell dan kolega memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di rentang 2-2,25% atau sesuai dengan ekspektasi pasar. Akan tetapi berita negatifnya, Federal Reserve/The Fed memberikan sinyal terang jika akan ada kenaikan 1 kali lagi di desember mendatang.
Sinyal ini tentu jadi pertimbangan bagi investor untuk mulai mengalihkan dananya dari Indonesia. Terlebih dengan kondisi IHSG yang naik hingga 4 hari beruntun pekan ini, cukup memberikan keuntungan dan segera mencairkannya.
Tidak hanya itu, proyeksi Current Account Deficit (CAD) di kuartal III-2018, jadi sebab lain aliran modal khususnya asing kabur dari Indonesia. Sebelum dirilis pada sore kemarin, pasar telah memperkirakan CAD di periode tersebut akan lebih dalam dari sebelumnya.
Faktor utama yang jadi bahan pertimbangan yaitu, akumulasi neraca perdagangan selama kuartal III-2018 yang tekor US$ 2,72 miliar atau lebih tinggi dari periode sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sendiri telah memberikan sinyal jika CAD di kuartal III akan lebih dalam.
"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018).
Pasar yang sudah terlanjur price in dengan proyeksi tersebut akhirnya memilih “kabur”. Akibatnya di hari jumat kemarin, aksi jual bersih mendominasi hingga Rp 42,93 miliar. Kondisi ini cukup menghentakan posisi IHSG yang berada di atas awan, jatuh ke dasar bumi dan mengakhiri akhir pekan dengan penurunan.
Di sisi lain, penurunan ini menjadikan posisi IHSG terburuk ketiga di kawasan Asia setelah bursa saham Hongkong (HSI) dan bursa saham China (SSEC).
(alf/roy) Next Article Tembus Level 6.200, IHSG Berhasil Menguat Sepekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular