Belum Ada Sentimen Positif, Wall Street Akan Kembali Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 November 2018 19:57
Wall Street akan kembali melemah pada perdagangan hari ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan kembali melemah pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 73 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 12 dan 50 poin.

Kemarin (8/11/2018), indeks Dow Jones naik tipis 0,04%, namun S&P 500 dan Nasdaq turun masing-masing sebesar 0,25% dan 0,53%.

Belum hadirnya sentimen positif membuat Wall Street harus pasrah terjebak di zona merah. Sejatinya, pada hari ini akan digelar pertemuan tingkat tinggi antara AS dan China. Beberapa hari yang lalu, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Menteri Pertahanan Jim Mattis, anggota politburo China Yang Jiechi dan Menteri Pertahanan Wei Fenghe akan ikut dalam perundingan terkait diplomasi dan pertahanan di Washington.

Namun, pelaku pasar menganggapi skeptis pertemuan ini bisa menyelesaikan perang dagang yang tengah berkecamuk antar kedua negara. Pasalnya, beberapa pertemuan sebelumnya yang benar-benar membahas masalah perdagangan tak juga mampu membuahkan solusi yang bisa dieksekusi kedua negara.

Belum Ada Sentimen Positif, Wall Street Akan Kembali MelemahFoto: Presiden AS Donald Trump berbicara saat kampanye di Columbia Regional Airport di Columbia, Missouri, AS, 1 November 2018. REUTERS / Carlos Barria

Kemudian, midterm elections di AS terus direspons negatif oleh pelaku pasar, setelah sempat menimbulkan euforia sebelumnya. Kini, posisi mayoritas di House of Representatives dipegang oleh Partai Democratic setelah sebelumnya dipegang oleh Partai Republican, sementara Partai Republican mempertahankan posisi mayoritasnya di Senate.

Dengan House of Representatives dikuasai oleh Partai Democratic, kebijakan-kebijakan pro pertumbuhan ekonomi seperti pemotongan tingkat pajak memang akan menjadi sulit untuk diloloskan. Sebagai informasi, sekitar 2 minggu menjelang midterm elections, Presiden AS Donald Trump menebar wacana untuk memangkas pajak penghasilan individu kelas menengah sebesar 10%.

Lebih lanjut, jika Trump berusaha mendongkrak perekonomian melalui belanja secara jor-joran, langkah ini kemungkinan besar juga akan dijegal oleh Partai Democratic. Pasalnya, defisit anggaran di Negeri Paman Sam sudah begitu tinggi. Pada tahun fiskal 2018, defisit anggaran di AS tercatat sebesar US$ 729 miliar, naik 17% dari posisi tahun fiskal 2017 dan merupakan yang terbesar sejak 2012.

Memang, pada hari Rabu (7/11/2018) Presiden AS Donald Trump dan House Minority Leader Nancy Pelosi bersikeras bahwa mereka bisa bekerja sama di bidang-bidang seperti belanja infrastruktur dan jaminan kesehatan.

Namun, kelanjutan dari hal ini masih menjadi tanda tanya besar mengingat Partai Democratic mungkin akan melakukan penyelidikan terhadap berbagai isu yang lekat dengan Trump, seperti peran Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, insider trading yang melibatkan orang-orang dekat sang presiden, hingga pembayaran pajak.

Trump pun sudah mengingatkan bahwa Partai Democratic bisa memilih untuk bekerjasama dalam berbagai masalah atau melakukan investigasi terkait pemerintahanya, namun mereka tak bisa melakukan keduanya.

"Jika itu terjadi maka kita akan melakukan hal yang sama dan pemerintahan terhenti," papar Trump dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Washington Times.

Pada pukul 20:30 WIB, data indeks harga produsen periode Oktober 2018 akan diumumkan, disusul oleh pembacaan awal untuk data indeks keyakinan konsumen periode November 2018 versi University of Michigan pada pukul 22:00 WIB.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



(ank/roy) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular