
Pertemuan The Fed Bawa Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 November 2018 09:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,07%, indeks Strait Times turun 0,48%, indeks Shanghai turun 0,55%, dan indeks Hang Seng turun 1,15%.
Positifnya data ekspor-impor China tak mampu mengangkat kinerja bursa saham Benua Kuning seperti kemarin (8/11/2018). Kemarin, ekspor China periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 15,6% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 11% YoY, seperti dilansir dari CNBC International. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 21,4% YoY, juga mengalahkan konsensus yang sebesar 14% YoY.
Ini artinya, perang dagang yang tengah berkecamuk dengan AS terbukti belum bisa menekan ekspor-impor Negeri Panda.
Sebagai informasi, pada September 2018, AS resmi mengenakan bea masuk 10% atas importasi produk asal China senilai US$ 200 miliar. Beijing pun membalas dengan mengenakan bea masuk baru atas importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar.
Hasil pertemuan the Federal Reserve yang diumumkan pada dini hari tadi membuat pelaku pasar khawatir. Walaupun tingkat suku bunga acuan tak diubah, the Fed memberi sinyal bahwa rencana normalisasi pada bulan Desember akan dieksekusi.
"Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang," tulis pernyataan FOMC.
Padahal, the Fed sendiri mengakui bahwa laju investasi mulai melambat setelah melesat kencang sejak awal tahun. Hal ini mengindikasikan potensi perlamabatan ekonomi di masa depan.
Jika suku bunga acuan tetap dinaikkan sementara nantinya laju perekonomian AS melambat, maka perlambatan yang terjadi bisa kian parah dan memukul perekonomian dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Positifnya data ekspor-impor China tak mampu mengangkat kinerja bursa saham Benua Kuning seperti kemarin (8/11/2018). Kemarin, ekspor China periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 15,6% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 11% YoY, seperti dilansir dari CNBC International. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 21,4% YoY, juga mengalahkan konsensus yang sebesar 14% YoY.
Hasil pertemuan the Federal Reserve yang diumumkan pada dini hari tadi membuat pelaku pasar khawatir. Walaupun tingkat suku bunga acuan tak diubah, the Fed memberi sinyal bahwa rencana normalisasi pada bulan Desember akan dieksekusi.
"Komite menilai bahwa kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah. Risiko dalam perekonomian masih seimbang," tulis pernyataan FOMC.
Padahal, the Fed sendiri mengakui bahwa laju investasi mulai melambat setelah melesat kencang sejak awal tahun. Hal ini mengindikasikan potensi perlamabatan ekonomi di masa depan.
Jika suku bunga acuan tetap dinaikkan sementara nantinya laju perekonomian AS melambat, maka perlambatan yang terjadi bisa kian parah dan memukul perekonomian dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular