
Mantan Bos Bursa: Ini Saat Tepat Borong Saham!
Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 November 2018 15:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan saat ini merupakan waktu yang pas untuk melakukan akumulasi belu. Alasannya, perekonomian dalam negeri dinilai stabil dan kinerja emiten-emiten dalam negeri terus mengalami pertumbuhan.
Dia menjelaskan, pertumbuhan laba emiten hingga akhir kuartal ketiga kemarin secara year on year (yoy) mengalami pertumbuhan di atas 17%. Dari angka tersebut, tercatat bahwa emiten lapis kedua (di luar emiten LQ45) justru mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dibanding LQ45.
"Banyak harta karun saham lapis dua," kata Tito kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/11).
Sementara itu, dari sisi frekuensi perdagangan di BEI jumlahnya masih meningkat dengan aktif. Dari hanya sebanyak 222.000/hari di tahun 2015, naik menjadi 320.000 pada 2017. Peningkatan frekuensi transaksi terjadi, hingga tahun ini rata rata sudah diatas 380.000/hari.
Kemudian, dari sisi jumlah ritel dalam negeri terus mengalami peningkatan diatas 300 secara konsisten tiap harinya dengan velocity diatas 150%.
"Volume jikapun menurun saya menganggap karena banyak pemodal yang tahan/tidak jual karena harga sedang turun. Akibatnya wajar nilai transaksi menurun," tambah dia.
Selain itu, lanjut Tito, jumlah emiten terus bertambah dengan frekuensi meningkat dan jumlah lokal investor naik. Artinya secara fundamental kalau mau nabung saham jadi menarik.
"Hari ini Dow Jones , Nasdaq & S&P naik lebih dari 2%, sementara rupiah menguat dibawah Rp 14.600. Jika hanya persepsi dan concern mengenai politik, adakah reason untuk tidak mulai nabung saham lagi," tutup dia.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Dia menjelaskan, pertumbuhan laba emiten hingga akhir kuartal ketiga kemarin secara year on year (yoy) mengalami pertumbuhan di atas 17%. Dari angka tersebut, tercatat bahwa emiten lapis kedua (di luar emiten LQ45) justru mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dibanding LQ45.
"Banyak harta karun saham lapis dua," kata Tito kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/11).
Sementara itu, dari sisi frekuensi perdagangan di BEI jumlahnya masih meningkat dengan aktif. Dari hanya sebanyak 222.000/hari di tahun 2015, naik menjadi 320.000 pada 2017. Peningkatan frekuensi transaksi terjadi, hingga tahun ini rata rata sudah diatas 380.000/hari.
"Volume jikapun menurun saya menganggap karena banyak pemodal yang tahan/tidak jual karena harga sedang turun. Akibatnya wajar nilai transaksi menurun," tambah dia.
Selain itu, lanjut Tito, jumlah emiten terus bertambah dengan frekuensi meningkat dan jumlah lokal investor naik. Artinya secara fundamental kalau mau nabung saham jadi menarik.
"Hari ini Dow Jones , Nasdaq & S&P naik lebih dari 2%, sementara rupiah menguat dibawah Rp 14.600. Jika hanya persepsi dan concern mengenai politik, adakah reason untuk tidak mulai nabung saham lagi," tutup dia.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular