
Laba Turun, Saham BUMI Kok Bisa Naik 10,65%?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 November 2018 13:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada perdagangan hari ini melaju kencang dan semarak ditransaksikan investor. Padahal saham BUMI sempat lama tidak dilirik investor setelah banyak investor yang menjadi "korban" setelah krisis 2008.
Harga saham BUMI tercatat 10,65% ke level Rp 187/saham dengan volume transaksi sebanyak 315,87 juta saham senilai Rp 56,56 miliar. Jika dihitung dari awal tahun, saham BUMI sebenarnya masih terkoreksi 30,74%, tapi dalam sepekan terakhir tercatat naik 11,98%.
Meski mengalami kenaikan, tercatat asing hari ini mencatatkan jual bersih (net sell) untuk saham ini mencapai Rp 7,02 miliar.
Investor tampaknya menunggu rilis kinerja keuangan yang baru saja disampaikan perseroan kemarin. Dimana laba bersih tercatat turun 22,18% menjadi US$ 205,3 juta setara Rp 3,1 triliun (kurs Rp 15.000/US$) dari sebelumnya US$ 17,37 juta.
Semetara itu, dari sisi pendapatan terjadi peningkatan yang luar biasa 4.648,79% menjadi US$ 824,85 juta dari US$ 17,37 juta. Perbedaan signifikan pendapata ini, disebabkan pada 2017 pendapatan anak usaha BUMI, seperti Kaltim Prima Coal dan Arutmin tidak dikonsolidasikan, berdasarkan standar akuntasi.
Hingga sembilan bulan pertama 2018, volume penjualan batu bara BUMI mencapai mencapai 60 juta ton. Ditargetkan hingga akhir 2018 jumlah produksi bisa mencapai 100 juta ton.
BUMI dalam keterangan pers yang disampaikan kemarin, juga menyampaikan berada dalam jalur yang benar dalam memenuhi kewajiban DMO sebesar 25% di tahun 2018. Dimana 11,9 juta ton batubara telah dikirim degan harga yang telah ditentukan oemerintah sebesar US$ 70/ton.
Saat ini, BUMI sedang menunggu keputusan dari Pemerintah Indonesia sehubungan dengan izin perpanjangan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk KPC dan Arutmin.
Sebagai informasi tambahan, Keluarga Bakrie ternyata bukan lagi menjadi pengendali PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sejak pelaksanaan restrukturiasi utang, maka sebagian besar saham yang dimiliki keluarga Bakrie diserahkan kepada kreditor sebagai bagian dari dikonversi utang perseroan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, Dileep Srivastava, menjelaskan saat ini yang tercatat sebagai pemegang saham pengendali saham BUMI adalah Chendong Investment Corporation (CIC), perusahaan asal China yang sempat memberikan pinjaman melalui obligasi konversi.
CIC mempunyai kepemilikan atas saham BUMI melalui HSBC Funds sebesar 22,71% atau sebanyak 14,85 miliar unit saham. Sisanya atau 77,29% atau 50,53 miliar saham merupakan saham publik.
Lalu berapa banyak saham BUMI yang dimiliki keluarga Bakrie? Dileep mejelaskan, "mungkin kepemilikan Keluarga Bakrie sekitar 17%, tapi tidak terkonsolidasi jadi satu," kata Dileep.
Apakah keluarga Bakrie menggunakan Special-Purpose Vehicle (SPV) memiliki saham BUMI? Dileep menjawab diplomatis, "Bukankah semua yang memiliki saham BUMI melalui SPV?."
CIC menempatkan dua di jajaran direksi BUMI yaitu Wayne Yao dan Haiyong Yu. Sementara komando atau Presiden Direktur tetap dipercayakan kepada Saptari Hudaja.
Dileep menambahkan, saat ini BUMI menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Semua keputusan perusahaan diambil berdasarkan konsensus antara tujuh anggota direksi perseroan.
BUMI merupakan perusahaan batu bara yang memiliki kapasitas produksi 100 juta ton. Pada 2018 perseroan mengestimasi jumlah produksi mencapai 85 juta- 90 juta ton.
(hps/hps) Next Article Investor Tak "Pede", Saham BUMI Diobral
Harga saham BUMI tercatat 10,65% ke level Rp 187/saham dengan volume transaksi sebanyak 315,87 juta saham senilai Rp 56,56 miliar. Jika dihitung dari awal tahun, saham BUMI sebenarnya masih terkoreksi 30,74%, tapi dalam sepekan terakhir tercatat naik 11,98%.
Meski mengalami kenaikan, tercatat asing hari ini mencatatkan jual bersih (net sell) untuk saham ini mencapai Rp 7,02 miliar.
Semetara itu, dari sisi pendapatan terjadi peningkatan yang luar biasa 4.648,79% menjadi US$ 824,85 juta dari US$ 17,37 juta. Perbedaan signifikan pendapata ini, disebabkan pada 2017 pendapatan anak usaha BUMI, seperti Kaltim Prima Coal dan Arutmin tidak dikonsolidasikan, berdasarkan standar akuntasi.
Hingga sembilan bulan pertama 2018, volume penjualan batu bara BUMI mencapai mencapai 60 juta ton. Ditargetkan hingga akhir 2018 jumlah produksi bisa mencapai 100 juta ton.
BUMI dalam keterangan pers yang disampaikan kemarin, juga menyampaikan berada dalam jalur yang benar dalam memenuhi kewajiban DMO sebesar 25% di tahun 2018. Dimana 11,9 juta ton batubara telah dikirim degan harga yang telah ditentukan oemerintah sebesar US$ 70/ton.
Saat ini, BUMI sedang menunggu keputusan dari Pemerintah Indonesia sehubungan dengan izin perpanjangan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk KPC dan Arutmin.
Sebagai informasi tambahan, Keluarga Bakrie ternyata bukan lagi menjadi pengendali PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sejak pelaksanaan restrukturiasi utang, maka sebagian besar saham yang dimiliki keluarga Bakrie diserahkan kepada kreditor sebagai bagian dari dikonversi utang perseroan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, Dileep Srivastava, menjelaskan saat ini yang tercatat sebagai pemegang saham pengendali saham BUMI adalah Chendong Investment Corporation (CIC), perusahaan asal China yang sempat memberikan pinjaman melalui obligasi konversi.
CIC mempunyai kepemilikan atas saham BUMI melalui HSBC Funds sebesar 22,71% atau sebanyak 14,85 miliar unit saham. Sisanya atau 77,29% atau 50,53 miliar saham merupakan saham publik.
Lalu berapa banyak saham BUMI yang dimiliki keluarga Bakrie? Dileep mejelaskan, "mungkin kepemilikan Keluarga Bakrie sekitar 17%, tapi tidak terkonsolidasi jadi satu," kata Dileep.
Apakah keluarga Bakrie menggunakan Special-Purpose Vehicle (SPV) memiliki saham BUMI? Dileep menjawab diplomatis, "Bukankah semua yang memiliki saham BUMI melalui SPV?."
CIC menempatkan dua di jajaran direksi BUMI yaitu Wayne Yao dan Haiyong Yu. Sementara komando atau Presiden Direktur tetap dipercayakan kepada Saptari Hudaja.
Dileep menambahkan, saat ini BUMI menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Semua keputusan perusahaan diambil berdasarkan konsensus antara tujuh anggota direksi perseroan.
BUMI merupakan perusahaan batu bara yang memiliki kapasitas produksi 100 juta ton. Pada 2018 perseroan mengestimasi jumlah produksi mencapai 85 juta- 90 juta ton.
(hps/hps) Next Article Investor Tak "Pede", Saham BUMI Diobral
Most Popular