Penguatan Rupiah Terbangkan Harga Obligasi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 November 2018 19:06
Harga obligasi rupiah pemerintah semakin terbang pada penutupan hari ini, seiring dengan penguatan rupiah.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah semakin terbang pada penutupan hari ini, seiring dengan penguatan rupiah. 

Naiknya harga obligasi secara signifikan tersebut turut memperpanjang reli harga yang terjadi sejak Selasa pekan lalu.



Selain itu, penguatan cadangan devisa Oktober menjadi US$115,2 miliar dari bulan sebelumnya US$114,8 miliar turut menjadi sentimen positif meskipun penguatan SBN dibukukan sebelum pengumuman data ekonomi tersebut.
 

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor lima tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan paling menguat adalah seri pendek FR0063 yang bertenor lima tahun yang mengalami penurunan yield 19 basis poin (bps) menjadi 7,96%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%.
 

Penurunan yield tersebut turut membuatnya ke bawah level psikologis 8%.  

Seri acuan lain juga menguat, yaitu seri 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penurunan yield 17 bps, 18 bps, dan 8 bps menjadi 8,15%, 8,45%, dan 8,65%.

 
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Nov 2018
SeriBenchmarkYield 6 Nov 2018 (%) Yield 7 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun8.1567.96-19.60
FR0064 10 tahun8.3358.158-17.70
FR0065 15 tahun8.6398.453-18.60
FR0075 20 tahun8.7418.657-8.40
Avg movement-16.08
Sumber: Refinitiv 

Dalam riset ekonominya hari ini (7/11/18), analis Goldman Sachs (Singapore) Pte Danny Suwanapruti menyarankan kliennya unutk membeli SBN 10 tahun pada yield 8,18% dengan target jangka yield hingga 7,4%.  

Meskipun demikian, Danny dan rekan-rekannya juga merekomendasi untuk membatasi keuntungan dan risiko dengan menjual SBN tadi untuk merealisasikan keuntungan pada yield 8,6%. 

Dua alasan utama Danny dalam risetnya adalah kondisi makroekonomi global akan lebih kondusif sentimennya bagi pasar SBN, serta koreksi harga yang terjadi pada SBN sudah terlalu dalam sehingga valuasinya sudah murah.  

Head of Fixed Income PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto dalam riset Oktober 2018 memprediksi yield wajar SBN 10 tahun akan turun menjadi 8,3% pada akhir tahun, dari posisi saat ini di kisaran 8,68%. 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.

Indeks tersebut naik 1,33 poin (0,58%) menjadi 231,07 dari posisi kemarin 229,74. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 496 bps, menyempit dari posisi kemarin 514 bps.  

Spread tersebut juga menembus batas psikologis 500 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,18% dari posisi kemarin 3,2%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 864,98 triliun SBN, atau 36,91% dari total beredar Rp 2.343 triiliun per 1 Oktober.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 660 miliar dibanding posisi Oktober Rp 864,32 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 36,89%. 

Sentimen positif di pasar SBN hari ini ditengarai lebih disebabkan oleh penguatan rupiah yang masih merajai pasar nilai tukar di kawasan Asia.



"Faktor pertama memang karena penguatan rupiah. Dengan rupiah yang menguat, minat investor menjadi meningkat karena potential gain [potensi keuntungan dari transaksi jual beli] dari obligasi tidak tergerus currency loss [rugi kurs]," ujar Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas siang ini.
 

Dia menambahkan bahwa posisi nilai tukar terhadap mata uang dunia yaitu Dollar Index yang melemah turut mendukung penguatan rupiah hari ini. 

Rupiah menguat 1,52% menjadi Rp 15.575 per dolar AS, seiring dengan melemahnya dolar AS terhadap mata uang global yang tercermin dari turunnya Dollar Index 0,62% menjadi 95,718.  

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/prm) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular