Kali Pertama Naik di Tahun Ini, Apa Pemicu Kenaikan Cadev RI?

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
07 November 2018 18:32
Cadangan devisa Indonesia berada di posisi US$115,2 miliar akhir Oktober, atau naik sekitar US$353 juta dari bulan sebelumnya. Apa penyebabnya?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC IndonesiaBank Indonesia (BI) baru saja merilis data terbaru cadangan devisa (cadev) per Oktober 2018. Dalam data tersebut, posisi cadev berada di posisi US$115,2 miliar atau naik sekitar US$353 juta dari bulan sebelumnya.

Kenaikan secara bulanan ini merupakan yang pertama kalinya di tahun 2018.



Peningkatan cadangan devisa RI di bulan lalu patut disyukuri. Pasalnya, pada periode tersebut nilai tukar rupiah terdepresiasi 2,01% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot, dengan ditutup di level Rp 15.200/US$ pada akhir bulan.

"Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah, dan stabilisasi nilai tukar rupiah," tulis bank sentral dalam rilisnya.

Dari sisi perdagangan, Indonesia memang mampu mencatatkan surplus sebesar US$230 juta pada bulan September 2018. Kala itu defisit migas memang lumayan membaik menjadi US$1,07 miliar, dari bulan sebelumnya sebesar US$1,61 miliar. Hal ini nampaknya menjadi modal perbaikan cadangan devisa bulan lalu.



Sementara itu, apabila melihat struktur APBN KiTA hingga 30 September 2018, pembayaran bunga utang pemerintah pusat tercatat Rp 197,84 triliun atau tumbuh 14,05% secara tahunan (year-on-year/ YoY). Meski masih tumbuh positif, pertumbuhan itu melambat dari capaian per 31 Agustus 2018, yaitu 15,15% YoY.

Artinya, pembayaran bunga utang luar negeri pemerintah memang sedikit melambat, hingga cadangan devisa di bulan lalu mampu terjaga.

Meski demikian, tak dapat dipungkiri bahwa tekanan eksternal begitu kuat di bulan lalu. Dolar AS begitu perkasa di bulan Oktober.

Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia, mampu menguat 2,1% sepanjang Oktober.


Laju dolar AS memanfaatkan prospek kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif. Hal itu terlihat dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018.

"Dengan perkiraan ekonomi ke depan, peserta rapat mengantisipasi akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam target yang ditetapkan sehingga konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut notulensi itu.

Saat ini suku bunga acuan AS berada di median 2,125%. The Fed menargetkan suku bunga akan naik menjadi median 3,1% pada akhir 2019 dan 3,4% pada akhir 2020. Dalam jangka panjang, suku bunga baru berangsur turun ke arah 3%. 

"Pendekatan (kenaikan suku bunga acuan) secara bertahap akan menyeimbangkan risiko akibat pengetatan moneter yang terlalu cepat yang bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dan inflasi di bawah target Komite. Namun bila (kenaikan suku bunga acuan) dilakukan terlalu lambat, maka akan menyebabkan inflasi bergerak di atas target dan menyebabkan ketidakseimbangan di sistem keuangan," tulis notulensi rapat tersebut.

Terkonfirmasi, The Fed tetap dan masih akan hawkish setidaknya sampai 2020. Tren kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam tidak bisa dihindari lagi, ucapkan selamat tinggal kepada era suku bunga rendah.

Meski bertujuan mengontrol permintaan, dampak kenaikan Federal Funds Rate adalah ikut menaikkan imbalan investasi di AS. Jika suku bunga diperkirakan terus naik sampai 2020, maka berinvestasi di AS akan sangat menggiurkan sampai dua tahun ke depan. Oleh karena itu, dolar AS terus kebanjiran permintaan.

Tidak hanya dari prospek kenaikan suku bunga, dolar AS juga mendapatkan energi dari kondisi perekonomian global yang kurang kondusif. Dari mulai ribut-ribut AS-Arab Saudi terkait tewasnya jurnalis Jamal Khashoggi, drama fiskal Italia - Uni Eropa, hingga masih panasnya tensi perang dagang AS-China.

Beruntungnya, akibat aliran devisa yang keluar lebih minim di bulan Oktober, akhirnya cadev RI mampu mencatatkan penguatan untuk pertama kalinya di tahun 2018.

TIM
RISET CNBC INDONESIA




(RHG/prm) Next Article Berkah Jualan Surat Utang, Cadev RI Cetak Rekor Tertinggi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular