Rupiah Terbang, Tapi Masih Bisa Jatuh Lagi ke Rp 15.000/US$

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 November 2018 15:30
Kalangan analis sepakat penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hanya bersifat sementara.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis sepakat penguatanĀ nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hanya bersifat sementara. Namun, bukan berarti penguatan lanjutan tak akan terjadi.

Para analis yang berbincang dengan CNBC Indonesia, Rabu (7/11/2018), memproyeksikan level terkuat rupiah pada November 2018 berada di Rp 14.500/US$. Sementara level terlemah di Rp 15.500/US$.

Menurut para analis, penguatan rupiah yang saat ini sudah berada di bawah level Rp 14.700/US$ tak lepas dari berbagai perkembangan positif yang berasal dari perekonomian global dan domestik.



Dari faktor global, penguatan rupiah merespons rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, serta pemilihan sela di negeri Paman Sam.

Sementara dari dalam negeri, berasal dari data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 yang berada di atas ekspektasi, serta cadangan devisa yang diperkirakan bakal naik untuk kali pertama sepanjang 2018.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengungkapkan nilai tukar rupiah untuk minggu ini memang akan bergerak cukup stabil. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut.

"Kalau lihat ke depan masih stabil. Karena data defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan market sudah price in, dan ada sokongan dari data cadangan devisa," kata Satria kepada CNBC Indonesia.

Meski demikian, dia menggarisbawahi bahwa tekanan terhadap nilai tukar masih kemungkinan berlanjut di akhir tahun, seiring dengan kondisi ekonomi global maupun domestik.

Rupiah Terbang, Tapi Masih Bisa Jatuh Lagi ke Rp 15.000/US$Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
"Fund manager sudah ambil posisi karena kemungkinan perang dagang dalam jangka pendek selesai sulit. Kemudian CAD di kuartal IV karena impor yang masih besar," kata Satria.

"Fed juga pasti naik. Tekanan cukup intens. Jadi sebenarnya tidak ada ruang untuk lengah. Waspada," ujarnya.


Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede pun memiliki pendapat serupa. Mata para investor saat ini tertuju pada rencana pertemuan pemimpin dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Apapun hasil dari pertemuan tersebut maupun hasil dari pemilu sela, tentu akan memberikan dampak bagi pergerakan nilai tukar. Apakah itu kabar baik atau justru kabar buruk.
Berikut proyeksi para analis mengenai level nilai tukar rupiah sepanjang November 2018 :

Bank Central Asia: Rp 14.500/US$ - Rp 15.500/US$.
Bank Permata: Rp 14.700/US$ - Rp 15.000/US$
Maybank: Rp 14.700/US$ - Rp 15.100/US$.
Bahana Sekuritas: Rp 14.700/US$ - Rp 15.200/US$.



(miq/prm) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular