
Rupiah Memang Perkasa, Tapi Waspada Terjangkit Virus Lama
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
07 November 2018 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis sepakat bahwa keperkasaan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini terjadi hanya bersifat sementara. Ke depan, otoritas keuangan Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaannya.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengemukakan mata uang Garuda bisa saja terpeleset jika sentimen negatif perekonomian global yang beberapa bulan terakhir membayangi kembali datang menghampiri.
"Saya bilang harus waspada, karena bisa berubah sewaktu-waktu," kata David saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Rabu (7/11/2018).
Salah satu sentimen positif yang membuat nilai tukar perkasa adalah dari hasil sementara pemilu sela di Negeri Paman Sam. Meski dominasi Partai Republik di Senat tak terpatahkan, namun hal yang berbeda terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS.
Pertarungan di DPR AS masih berlangsung sengit, bahkan Partai Demokrat berhasil membalikkan kedudukan. Kondisi ini membuat para investor melepas greenback.
Alasannya sederhana, yakni jika partai Demokrat berkuasa, ada kemungkinan perubahan kebijakan terjadi dalam pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang diusung Republik karena sebagai oposisi partai tersebut kini memiliki kekuatan.
"Kalau tiba-tiba berubah, ini bisa jadi sentimen negatif. Midterm (pemilu sela) ini masih ditunggu. Jadi, harus hati-hati karena sentimen lama bisa kembali lagi," katanya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto pun memiliki pendapat serupa. Para pelaku pasar, sambung dia, saat ini juga menanti posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD).
Pada kuartal III-2018, defisit transaksi berjalan diperkirakan bakal kembali tekor, hingga di atas 3% dari produk domestik bruto (PDB). Hal ini, tentu menjadi beban bagi rupiah.
"Kalau data CAD kuartal III-2018 dilaporkan lebih lebar, itu bisa memberikan sentimen buat pelaku pasar. Jadi, temporary," katanya.
Sebagai informasi, rupiah terus melanjutkan tren penguatan terhadap dolar Paman Sam. Bahkan, pada pukul 13:00 WIB, rupiah sudah berada di bawah level Rp 14.700/US$.
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengemukakan mata uang Garuda bisa saja terpeleset jika sentimen negatif perekonomian global yang beberapa bulan terakhir membayangi kembali datang menghampiri.
"Saya bilang harus waspada, karena bisa berubah sewaktu-waktu," kata David saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Rabu (7/11/2018).
Pertarungan di DPR AS masih berlangsung sengit, bahkan Partai Demokrat berhasil membalikkan kedudukan. Kondisi ini membuat para investor melepas greenback.
![]() |
"Kalau tiba-tiba berubah, ini bisa jadi sentimen negatif. Midterm (pemilu sela) ini masih ditunggu. Jadi, harus hati-hati karena sentimen lama bisa kembali lagi," katanya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto pun memiliki pendapat serupa. Para pelaku pasar, sambung dia, saat ini juga menanti posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD).
Pada kuartal III-2018, defisit transaksi berjalan diperkirakan bakal kembali tekor, hingga di atas 3% dari produk domestik bruto (PDB). Hal ini, tentu menjadi beban bagi rupiah.
"Kalau data CAD kuartal III-2018 dilaporkan lebih lebar, itu bisa memberikan sentimen buat pelaku pasar. Jadi, temporary," katanya.
Sebagai informasi, rupiah terus melanjutkan tren penguatan terhadap dolar Paman Sam. Bahkan, pada pukul 13:00 WIB, rupiah sudah berada di bawah level Rp 14.700/US$.
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran
Most Popular