
Koreksi Tipis,Harga CPO Betah di Titik Terendah Dalam 3 Tahun
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
07 November 2018 13:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia terkoreksi tipis 0,09% ke level MYR 2.120/ton pada perdagangan hari Rabu (7/11/2018), hingga pukul 11.30 WIB atau penutupan perdagangan sesi 1.
Dengan pergerakan hari ini, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini lantas masih betah di level terendahnya lebih dari 3 tahun terakhir, atau sejak pertengahan September 2015.
Pelemahan harga CPO utamanya didorong oleh proyeksi peningkatan stok minyak kelapa sawit di Malaysia, serta koreksi harga minyak kedelai dan minyak mentah dunia. Di sisi lain, pelemahan harga CPO terbatas oleh rencana pemerintah Indonesia untuk memangkas pungutan ekspor CPO.
Stok minyak kelapa sawit di Malaysia per akhir Oktober diproyeksikan meningkat 14,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 2,9 juta ton, mengutip survei dari Reuters. Jika terealisasikan, level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Penyebabnya adalah peningkatan produksi secara musiman plus ekspor yang menurun.
BACA: Stok Diramal Naik, Harga CPO di Titik Terendah Dalam 3 Tahun
Produksi diekspektasikan meningkat 5,7% MtM ke 1,96 juta ton, sementara ekspor justru diestimasikan menurun 13% MtM ke 1,41 juta ton.
Sebagai catatan, pada bulan September, stok minyak kelapa sawit di Malaysia sudah meningkat 1,5% MtM ke angka 2,54 juta ton, mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Potensi meningkatnya stok lebih jauh akhirnya menyeret harga CPO ke zona merah.
Selain itu, harga kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) tercatat tak mengalami perubahan (flat) pada perdagangan overnight. Harga minyak kedelai belum mampu rebound pasca anjlok sebesar 1,06% pada perdagangan hari Senin (5/11/2018).
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
Tidak hanya dari komoditas minyak kedelai, harga CPO juga terpengaruh oleh koreksi harga minyak mentah dunia. Kemarin, harga minyak mentah melemah drastis di kisaran 1,4%. Sentimen negatif yang membayangi pergerakan harga sang emas hitam datang dari kebijakan AS yang mengizinkan 8 importir membeli minyak mentah Iran, serta membanjirnya pasokan minyak mentah di pasar global.
Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.
Meski demikian, pelemahan harga CPO hari ini terbatas oleh pelaku pasar yang cenderung mengantisipasi rencana pemerintah Indonesia untuk memangkas pemungutan ekspor minyak kelapa sawit, dalam rangka mempertahankan posisi RI sebagai pemain penting di pasar CPO dunia.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution dalam paparannya di konferensi industri tanah air. Darmin menyatakan "penyesuaian" pungutan merupakan salah satu langkah yang bisa diambil oleh pemerintah, meski kemudian dia memberitahu wartawan bahwa hal itu masih akan didiskusikan.
"Kita belum punya posisi final [...] Kita harus mengkalkulasi hal itu secara hati-hati. Kita tidak ingin menurunkannya (pungutan ekspor), dan malah berdampak pada penurunan harga," ucap Darmin di konferensi yang diselenggarakan di Bali tersebut, seperti dikutip dari Reuters.
Darmin juga menambahkan bahwa pihak pemerintah akan membahas penyesuaian pajak pungutan secara intensif dalam 2 bulan ke depan, dan berharap sudah ada keputusan pada akhir tahun.
Saat ini, Indonesia sebagai produsen dan eskportir utama komoditas CPO, menerapkan pungutan hingga US$ 50/ton untuk berbagai jenis produk minyak kelapa sawit. Menurunnya pungutan ekspor diharapkan dapat mendongkrak kinerja ekspor CPO.
Ekspor yang kencang tentu akan melonggarkan tingkat stok/cadangan minyak kelapa sawit yang justru diekspektasikan masih terus meningkat. Akhirnya, harga CPO pun bisa punya energi untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/roy) Next Article Diproyeksi Supply Sawit Turun & Harga CPO Dikisaran USD 540
Dengan pergerakan hari ini, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini lantas masih betah di level terendahnya lebih dari 3 tahun terakhir, atau sejak pertengahan September 2015.
Pelemahan harga CPO utamanya didorong oleh proyeksi peningkatan stok minyak kelapa sawit di Malaysia, serta koreksi harga minyak kedelai dan minyak mentah dunia. Di sisi lain, pelemahan harga CPO terbatas oleh rencana pemerintah Indonesia untuk memangkas pungutan ekspor CPO.
Stok minyak kelapa sawit di Malaysia per akhir Oktober diproyeksikan meningkat 14,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 2,9 juta ton, mengutip survei dari Reuters. Jika terealisasikan, level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Penyebabnya adalah peningkatan produksi secara musiman plus ekspor yang menurun.
BACA: Stok Diramal Naik, Harga CPO di Titik Terendah Dalam 3 Tahun
Produksi diekspektasikan meningkat 5,7% MtM ke 1,96 juta ton, sementara ekspor justru diestimasikan menurun 13% MtM ke 1,41 juta ton.
Sebagai catatan, pada bulan September, stok minyak kelapa sawit di Malaysia sudah meningkat 1,5% MtM ke angka 2,54 juta ton, mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Potensi meningkatnya stok lebih jauh akhirnya menyeret harga CPO ke zona merah.
Selain itu, harga kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) tercatat tak mengalami perubahan (flat) pada perdagangan overnight. Harga minyak kedelai belum mampu rebound pasca anjlok sebesar 1,06% pada perdagangan hari Senin (5/11/2018).
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.
Tidak hanya dari komoditas minyak kedelai, harga CPO juga terpengaruh oleh koreksi harga minyak mentah dunia. Kemarin, harga minyak mentah melemah drastis di kisaran 1,4%. Sentimen negatif yang membayangi pergerakan harga sang emas hitam datang dari kebijakan AS yang mengizinkan 8 importir membeli minyak mentah Iran, serta membanjirnya pasokan minyak mentah di pasar global.
Penurunan harga minyak dunia memang cenderung menekan harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia anjlok, produksi biofuel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen menurunnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.
Meski demikian, pelemahan harga CPO hari ini terbatas oleh pelaku pasar yang cenderung mengantisipasi rencana pemerintah Indonesia untuk memangkas pemungutan ekspor minyak kelapa sawit, dalam rangka mempertahankan posisi RI sebagai pemain penting di pasar CPO dunia.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution dalam paparannya di konferensi industri tanah air. Darmin menyatakan "penyesuaian" pungutan merupakan salah satu langkah yang bisa diambil oleh pemerintah, meski kemudian dia memberitahu wartawan bahwa hal itu masih akan didiskusikan.
"Kita belum punya posisi final [...] Kita harus mengkalkulasi hal itu secara hati-hati. Kita tidak ingin menurunkannya (pungutan ekspor), dan malah berdampak pada penurunan harga," ucap Darmin di konferensi yang diselenggarakan di Bali tersebut, seperti dikutip dari Reuters.
Darmin juga menambahkan bahwa pihak pemerintah akan membahas penyesuaian pajak pungutan secara intensif dalam 2 bulan ke depan, dan berharap sudah ada keputusan pada akhir tahun.
Saat ini, Indonesia sebagai produsen dan eskportir utama komoditas CPO, menerapkan pungutan hingga US$ 50/ton untuk berbagai jenis produk minyak kelapa sawit. Menurunnya pungutan ekspor diharapkan dapat mendongkrak kinerja ekspor CPO.
Ekspor yang kencang tentu akan melonggarkan tingkat stok/cadangan minyak kelapa sawit yang justru diekspektasikan masih terus meningkat. Akhirnya, harga CPO pun bisa punya energi untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/roy) Next Article Diproyeksi Supply Sawit Turun & Harga CPO Dikisaran USD 540
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular