Stok di China Masih Tinggi, Harga Batu Bara Turun Lagi

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
07 November 2018 12:09
Harga batu bara Newcastle kontrak acuan terkoreksi 0,38% ke US$ 103,5 Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Selasa (6/11/2018).
Foto: REUTERS/Mukesh Gupta/Files
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle kontrak acuan terkoreksi 0,38% ke US$ 103,5 Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Selasa (6/11/2018). Harga sang batu hitam tak mampu melanjutkan penguatan dalam dua hari sebelumnya.

Tekanan bagi harga batu bara datang dari masih tingginya stok batu bara di China, alhasil permintaan negeri berpenduduk terbanyak dunia tersebut diekspektasikan melambat.

Meski demikian, pelemahan harga kemarin terbatas oleh sentimen positif yang datang dari musim dingin yang mulai melanda sejumlah kota besar di China.



Tingkat permintaan batu bara oleh pembangkit listrik di China memang sedang melemah, dibuktikan oleh stok batu bara yang masih tinggi.

Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir, ke level tertingginya sejak Januari 2015. Teranyar, stoknya meningkat 8,1% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 16,96 juta ton, pada pekan lalu.

Pembangkit listrik di Negeri Panda memang sudah melakukan akumulasi pembelian secara kencang sejak awal Oktober 2018. Hal ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi peningkatan kebutuhan listrik di musim dingin. Batu bara termal memang menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di China.

Dengan tingginya tingkat stok batu bara tersebut, lantas investor mengekspektasikan bahwa permintaan impor batu bara Beijing masih akan lemah saat ini. Istilahnya, kebutuhan batu bara di China masih akan tercukupi oleh stok saat ini.

Sebagai informasi, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, sehingga sentimen menurunnya permintaan impor dari China akan sangat memengaruhi harga.

Meski demikian, kejatuhan harga batu bara terbatas oleh musim dingin yang akhirnya tiba di dataran China. Melansir data dari National Meterological Center di awal pekan lalu, temperatur di China bagian utara (termasuk kota-kota besar seperti Beijing, Hebei, dan Shanxi) jatuh ke bawah 0 derajat Celsius.

BACA: Musim Dingin Tiba di China, Harga Batu Bara Naik Lagi

Datangnya musim dingin lantas menjadi sentimen bahwa konsumsi batu bara di China akan mulai menanjak naik. Pasalnya, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)  


(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular