
Terbebani Tingginya Inflasi, IHSG Hanya Bisa Naik Tipis 0,07%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 November 2018 16:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,4%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 0,07% pada penutupan perdagangan sesi 2 ke level 5.835,92.
Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat untuk mengawali bulan November: indeks Shanghai naik 0,13%, indeks Hang Seng naik 1,75%, dan indeks Strait Times naik 1,39%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,56 triliun dengan volume sebanyak 9,67 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 408.573 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+5,47%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,9%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,63%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,78%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,37%).
Penguatan IHSG terpangkas habis pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sebesar 0,28% MoM pada Oktober 2018, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,17% MoM.
Sebelum angka inflasi dirilis, IHSG diperdagangkan menguat sebesar 0,41% ke level 5.855,44, sebelum kemudian berangsur-angsur turun ke level 5.835,92 pada akhir sesi 2.
Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memberi sinyal bahwa depresiasi rupiah sudah mulai memberikan dampak negatif ke kantong masyarakat Indonesia. Jika masyarakat mengurangi konsumsinya, maka pertumbuhan ekonomi tentu akan tertekan, mengingat konsumsi masyarakat membentuk lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Merespon hal tersebut, saham-saham sektor barang konsumsi pun kian dilepas oleh investor. Sebelum angka inflasi dirilis, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,19% ke level 2.400,01. Per akhir sesi 2, pelemahannya melebar menjadi 1,34% ke level 2.372,38.
Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk/ULTJ (-4,84%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,37%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,19%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-2,14%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT/INDF (-0,84%).
Beruntung, aksi beli atas saham-saham perbankan membuat IHSG masih bisa mengakhiri hari di zona hijau. Pada hari ini, seluruh saham bank BUKU IV kompak menguat: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 5,47%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,63%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,37%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,59%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,16%.
Penguatan rupiah yang cukup signifikan membuat investor bernafsu memburu saham-saham perbankan. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,49% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 15.125. Rupiah menguat lantaran dolar AS sedang berada dalam posisi yang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang melemah hingga 0,57%.
Tingginya appetite investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning membuat greenback kehilangan pijakannya. Appetite ini datang dari adanya kemungkinan bahwa AS dan China akan segera mengakhiri perang dagang yang selama ini berkecamuk.
Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow mengungkapkan ada peluang Washington-Beijing akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun. Bahkan, bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut.
"Tidak ada yang ditulis di atas batu. Jika ada kesepakatan dengan China, maka bisa saja berbagai bea masuk akan dihapuskan," ungkapnya kepada wartawan di Gedung Putih, mengutip Reuters.
Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) pada akhir bulan ini. "Kami mungkin akan melakukan dialog yang sangat bagus dengan Presiden Xi," ujar Kudlow.
Selain itu, pelaku pasar juga optimis pasca pertemuan Politburo pada hari Rabu (31/10/2018) yang dipimpin oleh Presiden China Xi Jinping mengindikasikan adanya stimulus tambahan yang sedang disiapkan bagi perekonomian Negeri Panda.
Sebagai informasi, Politburo merupakan sebuah grup yang berisi 25 orang anggota Communist Party of China.
Menurut pernyataan yang dirilis pasca pertemuan selesai digelar, kondisi perekonomian domestik dinyatakan sedang mengalami perubahan, tekanan ke bawah sedang meningkat, dan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Inflasi Kalahkan Ekspektasi, IHSG Tipiskan Kekalahan
Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat untuk mengawali bulan November: indeks Shanghai naik 0,13%, indeks Hang Seng naik 1,75%, dan indeks Strait Times naik 1,39%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,56 triliun dengan volume sebanyak 9,67 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 408.573 kali.
Sebelum angka inflasi dirilis, IHSG diperdagangkan menguat sebesar 0,41% ke level 5.855,44, sebelum kemudian berangsur-angsur turun ke level 5.835,92 pada akhir sesi 2.
Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memberi sinyal bahwa depresiasi rupiah sudah mulai memberikan dampak negatif ke kantong masyarakat Indonesia. Jika masyarakat mengurangi konsumsinya, maka pertumbuhan ekonomi tentu akan tertekan, mengingat konsumsi masyarakat membentuk lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Merespon hal tersebut, saham-saham sektor barang konsumsi pun kian dilepas oleh investor. Sebelum angka inflasi dirilis, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,19% ke level 2.400,01. Per akhir sesi 2, pelemahannya melebar menjadi 1,34% ke level 2.372,38.
Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk/ULTJ (-4,84%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,37%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-2,19%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-2,14%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT/INDF (-0,84%).
Beruntung, aksi beli atas saham-saham perbankan membuat IHSG masih bisa mengakhiri hari di zona hijau. Pada hari ini, seluruh saham bank BUKU IV kompak menguat: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 5,47%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,63%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,37%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,59%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,16%.
Penguatan rupiah yang cukup signifikan membuat investor bernafsu memburu saham-saham perbankan. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,49% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 15.125. Rupiah menguat lantaran dolar AS sedang berada dalam posisi yang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang melemah hingga 0,57%.
Tingginya appetite investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning membuat greenback kehilangan pijakannya. Appetite ini datang dari adanya kemungkinan bahwa AS dan China akan segera mengakhiri perang dagang yang selama ini berkecamuk.
Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow mengungkapkan ada peluang Washington-Beijing akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun. Bahkan, bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut.
"Tidak ada yang ditulis di atas batu. Jika ada kesepakatan dengan China, maka bisa saja berbagai bea masuk akan dihapuskan," ungkapnya kepada wartawan di Gedung Putih, mengutip Reuters.
Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) pada akhir bulan ini. "Kami mungkin akan melakukan dialog yang sangat bagus dengan Presiden Xi," ujar Kudlow.
Selain itu, pelaku pasar juga optimis pasca pertemuan Politburo pada hari Rabu (31/10/2018) yang dipimpin oleh Presiden China Xi Jinping mengindikasikan adanya stimulus tambahan yang sedang disiapkan bagi perekonomian Negeri Panda.
Sebagai informasi, Politburo merupakan sebuah grup yang berisi 25 orang anggota Communist Party of China.
Menurut pernyataan yang dirilis pasca pertemuan selesai digelar, kondisi perekonomian domestik dinyatakan sedang mengalami perubahan, tekanan ke bawah sedang meningkat, dan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Inflasi Kalahkan Ekspektasi, IHSG Tipiskan Kekalahan
Most Popular