Update Polling CNBC Indonesia

Konsensus Pasar: Inflasi Oktober 0,17% MtM, 3,04% YoY

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 October 2018 09:20
Konsensus Pasar: Inflasi Oktober 0,17% MtM, 3,04% YoY
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia)
  • Menambah proyeksi dari satu institusi (Bank Danamon)

Jakarta, CNBC Indonesia -
Inflasi domestik diperkirakan masih terkendali pada Oktober. Meski secara bulanan sepertinya tidak lagi terjadi deflasi, tetapi secara umum belum ada tekanan inflasi yang signifikan.


Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi domestik periode Oktober 2018 pada esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,17%, kemudian inflasi tahunan (year-on-year/YoY) 3,04%, dan inflasi inti YoY 2,86%. 

InstitusiInflasi MtM (%)Inflasi YoY (%)Inflasi Inti (%YoY)
ANZ0.12.982.9
Mirae Asset0.173.05-
ING0.123-
CIMB Niaga0.133.01-
DBS0.223.12.74
Danareksa Research Institute0.12.98-
Barclays-2.992.95
Maybank Indonesia0.193.072.83
Bank Permata0.193.072.9
Bahan Sekuritas0.112.992.8
Standard Chareted0.153.03-
Bank Mandiri0.183.062.88
BCA0.213.1-
Bank Danamon0.253.132.84
MEDIAN0.173.042.86

Pada September, BPS mencatat terjadi deflasi secara MtM sebesar 0,18%. Kemudian inflasi YoY adalah 2,88% dan inflasi inti YoY sebesar 2,82%. 

Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi inflasi 0,17% secara MtM pada Oktober. Sementara secara YoY, inflasi berada di angka 3%. 

Menurut BI, inflasi Oktober disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas pangan seperti cabai merah dan cabai rawit. Namun pada saat yang sama harga beberapa kebutuhan pokok justru turun di antaranya telur ayam ras, daging ayam ras, dan bawang merah. Ini membuat inflasi masih relatif 'jinak'. 

"Inflasi tetap rendah dan terkendali. Kami perkirakan pada akhir tahun berada di kisaran 3,5% plus minus 1," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, akhir pekan lalu. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, menambahkan bahwa tekanan inflasi pada Oktober juga bersumber dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi. Pada 10 Oktober, harga Pertamax Series di mana harga Pertamax naik menjadi Rp 10.400/liter, Pertamax Turbo naik ke Rp 12.250/liter, Pertamina Dex naik ke Rp 11.850/liter, Dexlite naik menjadi Rp 10.500/liter, dan Biosolar non-subsidi naik ke Rp 9.800/liter.

"Depresiasi rupiah juga mempengaruhi inflasi dari sisi impor," ujar Juniman. Sebagai catatan, rupiah anjlok sampai 2,11% secara point-to-point di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) selama Oktober. 

 

Pada akhir 2018, Juniman memperkirakan inflasi berada di 3,9%. Sedangkan inflasi inti diramal di 2,87%. 

Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, juga memperingatkan bahwa tekanan inflasi setelah Oktober akan lebih terasa. Dalam 3 tahun terakhir, inflasi memang rendah pada Oktober sebelum kemudian meninggi pada November dan Desember. 

"Cuaca yang sulit diprediksi akan mempengaruhi pasokan pangan sehingga memberi tekanan inflasi. Namun inflasi sampai akhir 2018 masih terkendali, kami perkirakan di 3,4%," kata Satria. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular