'RI Kecanduan Investasi Asing, Akhirnya Kena Juga Getahnya'

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
30 October 2018 16:11
'RI Kecanduan Investasi Asing, Akhirnya Kena Juga Getahnya'
Foto: REUTERS/Fabian Bimmer
Jakarta, CNBC Indonesia - Realisasi investasi di Indonesia pada kuartal III-2018 menunjukkan perlambatan yang signifikan. Ketergantungan kepada investasi asing membuat Indonesia rentan terhadap gejolak eksternal yang membuat minat investasi menurun.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan total investasi yang masuk ke Indonesia pada kuartal III-2018 mengalami kontraksi atau minus 1,6% secara tahunan (year-on-year/YoY). Padahal sejak tahun 2017, pertumbuhan investasi konsisten di atas 11% (kecuali di kuartal II-2018 sebesar 3,1%).

Bahkan, di sepanjang masa pemerintahan presiden Joko Widodo (Jokowi), baru pertama kali ini investasi tumbuh negatif. Hal ini jelas menjadi tamparan keras bagi pemerintah.



Kepala BKPM Thomas Lembong mengungkapkan lesunya investasi akibat banyak faktor. Di antaranya pelemahan rupiah hingga defisit neraca dagang.

"Fluktuasi nilai rupiah terhadap Dolar AS yang dipicu oleh kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar di pasar global, terjadinya negatif neraca perdagangan periode Januari-September 2018, perang dagang AS dengan Tiongkok dan negara lain menyebabkan investor bersifat wait and see dan menunda realisasi investasi yang sudah direncanakan sehingga realisasi triwulan III-2018 turun," demikian paparan Thomas di Gedung BKPM, Selasa (30/10/2018).

Saat rupiah bergerak fluktuatif cenderung melemah, investor menjadi ragu untuk menanamkan modalnya. Sebab, fluktuasi rupiah membuat perencanaan investasi menjadi lebih sulit.

Rupiah, seperti halnya mata uang Asia lainnya, memang kurang beruntung tahun ini. Di antara mata uang utama Asia, hanya yen Jepang yang masih mampu menguat. Sisanya tidak berdaya di hadapan greenback.

Bahkan, rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Benua Asia. Sepanjang tahun ini (hingga tanggal 29 Oktober), mata uang tanah air sudah terdepresiasi sebesar 12,16% terhadap dolar AS di pasar spot. Capaian itu hanya lebih baik dari rupee India yang terkoreksi 14,99%.



Akibat fluktuasi rupiah, realisasi Penanaman Modal Asing alias Foreign Direct Investment (FDI) terkontraksi alias minus 20,2% YoY pada kuartal III-2018. Meskipun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh signifikan 30,5%, investasi secara akhirnya turun 1,6% karena besarnya peranan FDI.

Sejauh ini, struktur investasi Indonesia memang masih didominasi FDI. Sepanjang kuartal III-2018, nilai investasi FDI adalah Rp 89,1 triliun atau 51,27% dari total investasi. Sementara selama semester I-2018, FDI berperan 54,86% dari keseluruhan penanaman modal.

Dampaknya pun akhirnya terasa. Kontraksi FDI menarik realisasi investasi ke bawah, menjadi pemberat. Semua karena Indonesia terlalu tergantung terhadap investasi asing.

(BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA)



Selain mempengaruhi kinerja investasi, ketergantungan terhadap investasi asing juga jadi penyebab pelemahan rupiah. Memang betul bahwa masuknya FDI akan membawa devisa, yang akhirnya dapat menopang rupiah. Namun dalam jangka panjang, FDI justru menyedot devisa karena kewajiban pengiriman dividen ke negara asalnya.

Pada kuartal II-2018, Bank Indonesia (BI) mencatat kewajiban dari investasi langsung adalah US$ 3,48 miliar. Biasanya kewajiban ini akan memuncak pada kuartal III.



Oleh karena itu, mendorong PMDN untuk menjadi katalis pertumbuhan investasi adalah sebuah kewajiban. Jika investor berada di dalam negeri, maka Indonesia akan menikmati sepenuhnya hasil dari investasi. Capital expenditure (CAPEX)-nya, pembangunan fasilitasnya, penyerapan tenaga kerjanya, pajaknya, dan sebagainya.

Investor domestik juga relatif tidak terlalu memusingkan soal pelemahan kurs, khususnya bagi industri yang berorientasi ekspor. Ketika industri manufaktur sudah berkembang, ekspor justru lebih kompetitif kala nilai tukar melemah.

Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah adalah mengembangkan insentif fiskal maupun non fiskal demi merangsang minat investor domestik. Relaksasi pajak, kemudahan bea masuk, penyederhanaan perizinan, pengadaan lahan, sampai aturan ketenagakerjaan pun perlu disusun dengan lebih baik.

Dan jangan lupa, bahwa segala program yang dicanangkan harus bisa diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Seringkali, cita-cita besar pemerintah pusat harus mentok karena pemerintah daerah belum paham sepenuhnya atau bahkan sengaja menghambat proses investasi yang ada.

Ketika PMDN memiliki peran yang lebih besar, maka Indonesia akan lebih kuat. Indonesia tidak lagi terlalu tergantung terhadap dinamika eksternal, karena kekuatan domestik yang solid.


(TIM RISET CNBC INDONESIA)


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular