
Bos BCA Ingin Bunga Acuan BI Naik Besok, Demi Rupiah!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 October 2018 16:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memang diperkirakan masih menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, sejalan dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).
BI menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Oktober 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur BI Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%.
Tak hanya itu, sebagian kalangan bankir saat berbincang dengan CNBC Indonesia pun berpendapat bahwa BI akan menahan bunga acuan dalam RDG kali ini, menyusul kondisi nilai tukar rupiah yang relatif lebih stabil.
Namun, berbeda dengan Presiden Direktur Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja. Menurut dia, bank sentral perlu kembali menaikkan bunga acuan dalam RDG bulan ini, setidaknya sebesar 25 basis poin (bps).
"Baiknya naik 0,25%," kata Jahja melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).
Lantas, apa yang menjadi alasan utama bos BCA itu menginginkan bank sentral kembali mengerek bunga acuannya?
"Supaya bisa ahead the curve, jadi rupiah lebih mantap," tutup Jahja.
Dalam konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, BCA memang satu-satunya institusi yang memperkirakan bunga acuan BI bakal kembali dikerek. Alasannya, kenaikan bunga acuan bisa membuat Indonesia makin menarik di tengah ketidakpastian global.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menyebut, kenaikan bunga acuan bukan hanya menjadi obat bagi rupiah untuk terus menguat, melainkan juga upaya untuk menekan defisit transaksi berjalan (CAD) ke arah 2% tahun depan.
"Perkiraan CAD defisit di kuartal III ini cukup besar di atau 3%. Kalau ingin CAD turun ke arah 2%, mau tidak mau bunga harus lebih tinggi. Tujuannya bukan hanya CAD tapi untuk kebijakan jangka menengah," tegasnya.
(dru) Next Article Bunga Acuan BI Bakal Turun Pekan Ini?
BI menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Oktober 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur BI Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%.
Tak hanya itu, sebagian kalangan bankir saat berbincang dengan CNBC Indonesia pun berpendapat bahwa BI akan menahan bunga acuan dalam RDG kali ini, menyusul kondisi nilai tukar rupiah yang relatif lebih stabil.
Namun, berbeda dengan Presiden Direktur Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja. Menurut dia, bank sentral perlu kembali menaikkan bunga acuan dalam RDG bulan ini, setidaknya sebesar 25 basis poin (bps).
"Baiknya naik 0,25%," kata Jahja melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).
![]() |
Lantas, apa yang menjadi alasan utama bos BCA itu menginginkan bank sentral kembali mengerek bunga acuannya?
"Supaya bisa ahead the curve, jadi rupiah lebih mantap," tutup Jahja.
Dalam konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, BCA memang satu-satunya institusi yang memperkirakan bunga acuan BI bakal kembali dikerek. Alasannya, kenaikan bunga acuan bisa membuat Indonesia makin menarik di tengah ketidakpastian global.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menyebut, kenaikan bunga acuan bukan hanya menjadi obat bagi rupiah untuk terus menguat, melainkan juga upaya untuk menekan defisit transaksi berjalan (CAD) ke arah 2% tahun depan.
"Perkiraan CAD defisit di kuartal III ini cukup besar di atau 3%. Kalau ingin CAD turun ke arah 2%, mau tidak mau bunga harus lebih tinggi. Tujuannya bukan hanya CAD tapi untuk kebijakan jangka menengah," tegasnya.
(dru) Next Article Bunga Acuan BI Bakal Turun Pekan Ini?
Most Popular