'Mau Rupiah Membaik? Bunga Acuan BI Harus Naik 25 Bps Besok'
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 October 2018 13:06
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, sejalan dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).
Berdasarkan konsensus pasar tersebut, tercatat hanya Bank Central Asia (BCA) yang memperkirakan bank sentral bakal kembali mengerek bunga acuan setidaknya 25 basis poin (bps) dalam RDG bulan ini. Bagi BCA, kenaikan bunga acuan adalah suatu pilihan kebijakan.
"Saya melihat bulan lalu harusnya bisa naik 50 bps, tapi hanya 25 bps. Pada saat itu, rupiah Rp 14.700/US$ dan banyak tekanan hingga menembus Rp 15.200/US$ ," ungkap Kepala Ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).
Apabila melihat sejumlah indikator perekonomian nasional seperti laju inflasi, suku bunga BI memang perlu ditahan. Namun, jika melihat dari kerentantan rupiah karena faktor ketidakpastian ekonomi global, maka bunga acuan sudah seharusnya kembali naik.
"Dengan vulnerability rupiah sekarang, saya agak khawatir. Kemarin BI memandang kenaikan 25 bps itu masih bisa menahan. Ini yang harus hati-hati, karena pengaruhi psikologis pasar," tegasnya.
David menegaskan, konsistensi bank sentral dibutuhkan dalam upaya menstabilkan nilai tukar. Meskipun bunga acuan hanyalah salah satu pilihan, namun instrumen tersebut merupakan solusi jangka pendek yang bisa dilakukan dalam kondisi seperti ini.
"Saya lebih prefer kita menjaga nafas dulu, dengan tidak melakukan intervensi terus menerus yang akan pengaruhi confidence pasar," katanya.
Sebagai informasi, BI menggelar RDG pada 22-23 Oktober. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur BI Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%.
(dru) Next Article 'Bunga Acuan BI Bakal Bertahan di Level 6% Sepanjang 2019'
Berdasarkan konsensus pasar tersebut, tercatat hanya Bank Central Asia (BCA) yang memperkirakan bank sentral bakal kembali mengerek bunga acuan setidaknya 25 basis poin (bps) dalam RDG bulan ini. Bagi BCA, kenaikan bunga acuan adalah suatu pilihan kebijakan.
"Saya melihat bulan lalu harusnya bisa naik 50 bps, tapi hanya 25 bps. Pada saat itu, rupiah Rp 14.700/US$ dan banyak tekanan hingga menembus Rp 15.200/US$ ," ungkap Kepala Ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia, Senin (22/10/2018).
Apabila melihat sejumlah indikator perekonomian nasional seperti laju inflasi, suku bunga BI memang perlu ditahan. Namun, jika melihat dari kerentantan rupiah karena faktor ketidakpastian ekonomi global, maka bunga acuan sudah seharusnya kembali naik.
"Dengan vulnerability rupiah sekarang, saya agak khawatir. Kemarin BI memandang kenaikan 25 bps itu masih bisa menahan. Ini yang harus hati-hati, karena pengaruhi psikologis pasar," tegasnya.
David menegaskan, konsistensi bank sentral dibutuhkan dalam upaya menstabilkan nilai tukar. Meskipun bunga acuan hanyalah salah satu pilihan, namun instrumen tersebut merupakan solusi jangka pendek yang bisa dilakukan dalam kondisi seperti ini.
"Saya lebih prefer kita menjaga nafas dulu, dengan tidak melakukan intervensi terus menerus yang akan pengaruhi confidence pasar," katanya.
Sebagai informasi, BI menggelar RDG pada 22-23 Oktober. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur BI Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur masih mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%.
(dru) Next Article 'Bunga Acuan BI Bakal Bertahan di Level 6% Sepanjang 2019'
Most Popular