
Begini Ulasan Analis Soal Rencana Ekspansi Indosat
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 October 2018 11:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku pasar menganalisa rencana manajemen Direkut UtamaPT Indosat Tbk (ISAT) yang baru Chris Kanter yang akan mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2019 berkisar senilai US$ 2 miliar atau Rp 30 triliun.
Dalam riset Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana Putra mengatakan, nilai pasti dari capex tersebut nantinya akan diumumkan pada paparan tahunan (2018) perseroan. Sedangkan panduan capex perseroan 2018 berkisar senilai Rp 8 triliun.
Untuk itu, pelaku pasar layak mencermati laporan keuangan kuartal III-2018. "Laporan kinerja keuangan ISAT pada kuartal III-2018 patut untuk dicermati, dengan perkiraan rilis kinerja pada 29 Oktober 2018 mendatang," ungkap Kresna Sekuritas.
Dalam riset tersebut juga disampaikan, peremajaan dan peningkatan jaringan tampaknya menjadi satu-satunya cara bagi perseroan untuk terus kompetitif di era persaingan tarif data internet saat ini. Manajemen juga melaporkan telah meluncurkan 4G plus di 3 provinsi saat ini, sedangkan jaringan perseroan telah melampui XL Axiata (EXCL/Buy/TP Rp 3.100).
Etta melanjutkan, dengan mengasumsikan alokasi belanja modal senilai Rp 30 triliun tersebut, perseroan dinilai mendapatkan pendanaan penuh untuk ekspansi terutama untuk menjadi operator dengan jaringan 4G LTE yang menjangkau seluruh wilayah bahkan menjadi yang pertama untuk bisa menerapkan jaringan 5G.
"Indosat dapat meningkatkan bandwidth ke level Giga Byte per Second (Gbps) dan siap dengan jaringan 5G. Ingat, bahwa pada 2019 mendatang merupakan tahun untuk 5G, sedangkan Cina juga akan meluncurkan ponsel dengan layanan 5G di tahun depan," jelas Etta.
Namun, alokasi Rp 30 triliun tidak bisa didapatkan perseroan melalui dana internal. Setidaknya manajemen harus mencari pendanaan eksternal.
ISAT memiliki debt to equity ratio (DER) net 2,5 kali dan EBITDA dengan bunga kurang dari 3% serta net to EBITDA di bawah 4 kali. Dengan demikian, proporsi penerbitan saham baru bisa lebih besar dari utang, sehingga seharusnya perseroan menggunakan pembiayaan campuran.
Mungkinkah Akan ada Perusahaan Holding Bagi Operator Telekomunikasi?
Kresna Sekuritas melihat dengan dibentuknya holding perusahaan tambang dalam mengakuisisi PT Freeport Indonesia memungkinkan pemerintah melakukan hal yang sama untuk membuat holding bagi operator telekomunikasi.
Kresna Sekuritas menyarankan pemerintah bisa membuat perusahaan holding Telekomunikasi lewat PT INTI (Persero) yang saat ini produsen perangkat keras telekomunikasi sebagai kandidat yang sangat memungkinkan.
"Menurut kami sebagai kandidat sangat memungkinkan, namun proyeksi ini masih terlalu dini untuk dijabarkan mengingat belum pastinya tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah dan juga ISAT," ungkap Kresna Sekuritas.
Namun rumor ISAT yang akan merger atau bergabung dengan Smartfren (FREN) masih dibantah oleh perseroan. Apabila ini terjadi maka bandwiidth jaringan keduanya berada pada 162 Mega Hertz (MHz) atau lebih tinggi dari TLKM dan EXCL sehingga beresiko memanaskan persaingan antara operator telekomunikasi.
ISAT merupakan pemain kunci dari konsolidasi jaringan berdasarkan laporan "resetting the industri profitability" yang diluncurkan pada 20 April 2018.
Memang secara kinerja keuangan, profitabilitas ISAT berada pada jalur yang belum baik, namun ISAT masih menjadi ratu industri telekomunikasi di Indonesia dan memiliki posisi yang strategis.
Saat ini, Kresan Sekuritas merekomendasikan beli (buy) bagi saham ISAT, dengan target price (TP) di level Rp 3.800/saham.
(hps/hps) Next Article Jadi Dirut Indosat, Chris Siapkan Belanja Modal Rp 30 T
Dalam riset Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana Putra mengatakan, nilai pasti dari capex tersebut nantinya akan diumumkan pada paparan tahunan (2018) perseroan. Sedangkan panduan capex perseroan 2018 berkisar senilai Rp 8 triliun.
Untuk itu, pelaku pasar layak mencermati laporan keuangan kuartal III-2018. "Laporan kinerja keuangan ISAT pada kuartal III-2018 patut untuk dicermati, dengan perkiraan rilis kinerja pada 29 Oktober 2018 mendatang," ungkap Kresna Sekuritas.
Dalam riset tersebut juga disampaikan, peremajaan dan peningkatan jaringan tampaknya menjadi satu-satunya cara bagi perseroan untuk terus kompetitif di era persaingan tarif data internet saat ini. Manajemen juga melaporkan telah meluncurkan 4G plus di 3 provinsi saat ini, sedangkan jaringan perseroan telah melampui XL Axiata (EXCL/Buy/TP Rp 3.100).
"Indosat dapat meningkatkan bandwidth ke level Giga Byte per Second (Gbps) dan siap dengan jaringan 5G. Ingat, bahwa pada 2019 mendatang merupakan tahun untuk 5G, sedangkan Cina juga akan meluncurkan ponsel dengan layanan 5G di tahun depan," jelas Etta.
Namun, alokasi Rp 30 triliun tidak bisa didapatkan perseroan melalui dana internal. Setidaknya manajemen harus mencari pendanaan eksternal.
ISAT memiliki debt to equity ratio (DER) net 2,5 kali dan EBITDA dengan bunga kurang dari 3% serta net to EBITDA di bawah 4 kali. Dengan demikian, proporsi penerbitan saham baru bisa lebih besar dari utang, sehingga seharusnya perseroan menggunakan pembiayaan campuran.
Mungkinkah Akan ada Perusahaan Holding Bagi Operator Telekomunikasi?
Kresna Sekuritas melihat dengan dibentuknya holding perusahaan tambang dalam mengakuisisi PT Freeport Indonesia memungkinkan pemerintah melakukan hal yang sama untuk membuat holding bagi operator telekomunikasi.
Kresna Sekuritas menyarankan pemerintah bisa membuat perusahaan holding Telekomunikasi lewat PT INTI (Persero) yang saat ini produsen perangkat keras telekomunikasi sebagai kandidat yang sangat memungkinkan.
"Menurut kami sebagai kandidat sangat memungkinkan, namun proyeksi ini masih terlalu dini untuk dijabarkan mengingat belum pastinya tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah dan juga ISAT," ungkap Kresna Sekuritas.
Namun rumor ISAT yang akan merger atau bergabung dengan Smartfren (FREN) masih dibantah oleh perseroan. Apabila ini terjadi maka bandwiidth jaringan keduanya berada pada 162 Mega Hertz (MHz) atau lebih tinggi dari TLKM dan EXCL sehingga beresiko memanaskan persaingan antara operator telekomunikasi.
ISAT merupakan pemain kunci dari konsolidasi jaringan berdasarkan laporan "resetting the industri profitability" yang diluncurkan pada 20 April 2018.
Memang secara kinerja keuangan, profitabilitas ISAT berada pada jalur yang belum baik, namun ISAT masih menjadi ratu industri telekomunikasi di Indonesia dan memiliki posisi yang strategis.
Saat ini, Kresan Sekuritas merekomendasikan beli (buy) bagi saham ISAT, dengan target price (TP) di level Rp 3.800/saham.
(hps/hps) Next Article Jadi Dirut Indosat, Chris Siapkan Belanja Modal Rp 30 T
Most Popular