4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
Inflasi Terkendali Atau Daya Beli Lemah?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
22 October 2018 13:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi menjadi salah satu indikator ekonomi yang mungkin paling bisa dibanggakan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam 4 tahun terakhir.
Bagaimana tidak, di Desember 2014 atau 2 bulan setelah Jokowi dilantik sebagai Presiden ke-7 RI, inflasi tercatat sebesar 8,36% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Nyaris 4 tahun setelahnya, atau tepatnya pada September 2018, inflasi sudah menurun drastis hingga mencapai 2,88% YoY. Pada Agustus 2016, tingkat inflasi bahkan "hanya" sebesar 2,79% YoY, atau mencapai level terendahnya dalam 7 tahun terakhir.
Secara sederhana inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Inflasi yang diukur di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan The Classification of Individual Consumption by Purpose/COICOP). Lantas bagaimana perkembangan inflasi untuk tiap kelompok dalam 4 tahun terakhir?
Nyaris semua kelompok pengeluaran mengalami penurunan tingkat inflasi, dipimpin oleh kelompok transportasi/komunikasi yang turun dari 12,14% (2014) ke 1,03 (2018 hingga September).
Capaian itu disusul bahan makanan yang turun dari 10,57% (2014) ke 1,54% (2018 hingga September). Pada tahun 2017, inflasi kelompok ini malah lebih rendah lagi, yakni sebesar 1,26%.
Apabila disandingkan dengan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia (BI), harga sejumlah bahan makanan yang termasuk ke dalam Kebutuhan Hidup Layak (KHL) memang sangat terkendali, setidaknya dalam 2 tahun terakhir.
Malahan sepanjang tahun 2018 (hingga 18 Oktober), seluruh item bahan makanan yang masuk ke dalam KHL mengalami penurunan. Penurunan harga terbesar dibukukan oleh item telur ayam ras (-13,59%), disusul oleh item gula pasir dan minyak goreng curah masing-masing sebesar 4,72% dan 4,96%.
Terkendalinya harga bahan pangan tak pelak membuat inflasi komponen makanan bergejolak (volatile food) bertransformasi dari nyaris 11% di tahun 2014, menjadi 0,71% di tahun 2017. Nilai di tahun lalu itu menjadi yang paling kecil di antara dua komponen lainnya, inflasi inti (2,95%) dan harga yang diatur pemerintah (8,70%).
Di tahun ini (hingga September), inflasi volatile food juga relatif masih terkendali di kisaran 1,41%. Pengendalian harga pangan lantas menjadi milestone yang membanggakan selama 4 tahun pemerintahan Jokowi.
(NEXT)
Bagaimana tidak, di Desember 2014 atau 2 bulan setelah Jokowi dilantik sebagai Presiden ke-7 RI, inflasi tercatat sebesar 8,36% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Nyaris 4 tahun setelahnya, atau tepatnya pada September 2018, inflasi sudah menurun drastis hingga mencapai 2,88% YoY. Pada Agustus 2016, tingkat inflasi bahkan "hanya" sebesar 2,79% YoY, atau mencapai level terendahnya dalam 7 tahun terakhir.
Inflasi yang diukur di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan The Classification of Individual Consumption by Purpose/COICOP). Lantas bagaimana perkembangan inflasi untuk tiap kelompok dalam 4 tahun terakhir?
Nyaris semua kelompok pengeluaran mengalami penurunan tingkat inflasi, dipimpin oleh kelompok transportasi/komunikasi yang turun dari 12,14% (2014) ke 1,03 (2018 hingga September).
Capaian itu disusul bahan makanan yang turun dari 10,57% (2014) ke 1,54% (2018 hingga September). Pada tahun 2017, inflasi kelompok ini malah lebih rendah lagi, yakni sebesar 1,26%.
Apabila disandingkan dengan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Bank Indonesia (BI), harga sejumlah bahan makanan yang termasuk ke dalam Kebutuhan Hidup Layak (KHL) memang sangat terkendali, setidaknya dalam 2 tahun terakhir.
Malahan sepanjang tahun 2018 (hingga 18 Oktober), seluruh item bahan makanan yang masuk ke dalam KHL mengalami penurunan. Penurunan harga terbesar dibukukan oleh item telur ayam ras (-13,59%), disusul oleh item gula pasir dan minyak goreng curah masing-masing sebesar 4,72% dan 4,96%.
Terkendalinya harga bahan pangan tak pelak membuat inflasi komponen makanan bergejolak (volatile food) bertransformasi dari nyaris 11% di tahun 2014, menjadi 0,71% di tahun 2017. Nilai di tahun lalu itu menjadi yang paling kecil di antara dua komponen lainnya, inflasi inti (2,95%) dan harga yang diatur pemerintah (8,70%).
Di tahun ini (hingga September), inflasi volatile food juga relatif masih terkendali di kisaran 1,41%. Pengendalian harga pangan lantas menjadi milestone yang membanggakan selama 4 tahun pemerintahan Jokowi.
(NEXT)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular