
Kasus Khashoggi Belum Pengaruhi Harga Minyak Pekan Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 October 2018 12:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun sepanjang pekan ini. Sentimen melimpahnya pasokan dari Amerika Serikat (AS) mampu menutup kekhawatiran investor terhadap potensi memanasnya situasi di Timur Tengah.
Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent turun 0,81%. Sedangkan jenis light sweet anjlok lebih dalam yaitu 3,11%.
Penurunan harga minyak disebabkan oleh kenaikan cadangan di AS. US Energy Information Administration (EIA) mencatat, cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam naik 6,5 juta barel pada pekan lalu, hampir tiga kali lipat lebih besar dari ekspektasi pasar. Peningkatan ini juga menjadi kenaikan selama 4 pekan berturut-turut.
Tekanan lebih lanjut juga datang setelah Kementerian Energi AS melaporkan bahwa produsen minyak menyimpan 22 juta barel di tangki penyimpanan dalam 4 minggu terakhir. Selain itu, pengilangan minyak di AS sedang memasuki musim pemeliharaan, di mana sejumlah pabrik tidak beroperasi untuk 4-6 pekan, sehingga turut membebani permintaan minyak mentah sekaligus harganya.
Sentimen melemahnya permintaan dunia juga menjadi pemberat pergerakan harga. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019 menjadi 3,7%, dari proyeksi sebelumnya 3,9%. Alasannya adalah tensi perang dagang serta pengenaan bea impor yang menghambat perdagangan.
Perlambatan ekonomi global akibat perang dagang terkuak satu per satu. Terakhir, ekspor Jepang turun 1,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada September 2018. Penurunan ini adalah kali pertama November 2016, sekaligus jauh di bawah konsensus Reuters yang memperkirakan kenaikan 1,9%.
Ekspor Jepang ke AS tercatat turun 0,2%. Sedangkan ekspor ke China, mitra dagang terbesar Negeri Sakura, juga jatuh 1,7%. Turunnya ekspor ke Negeri Panda merupakan penurunan pertama kalinya dalam 7 bulan terakhir.
Data ini lantas semakin menegaskan bahwa perang dagang yang berkepanjangan antara Washington-Beijing mulai menyebabkan dampak negatif bagi perekonomian dunia. Saat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, dipastikan permintaan energi akan menurun.
Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent turun 0,81%. Sedangkan jenis light sweet anjlok lebih dalam yaitu 3,11%.
Tekanan lebih lanjut juga datang setelah Kementerian Energi AS melaporkan bahwa produsen minyak menyimpan 22 juta barel di tangki penyimpanan dalam 4 minggu terakhir. Selain itu, pengilangan minyak di AS sedang memasuki musim pemeliharaan, di mana sejumlah pabrik tidak beroperasi untuk 4-6 pekan, sehingga turut membebani permintaan minyak mentah sekaligus harganya.
Sentimen melemahnya permintaan dunia juga menjadi pemberat pergerakan harga. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019 menjadi 3,7%, dari proyeksi sebelumnya 3,9%. Alasannya adalah tensi perang dagang serta pengenaan bea impor yang menghambat perdagangan.
Perlambatan ekonomi global akibat perang dagang terkuak satu per satu. Terakhir, ekspor Jepang turun 1,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada September 2018. Penurunan ini adalah kali pertama November 2016, sekaligus jauh di bawah konsensus Reuters yang memperkirakan kenaikan 1,9%.
Ekspor Jepang ke AS tercatat turun 0,2%. Sedangkan ekspor ke China, mitra dagang terbesar Negeri Sakura, juga jatuh 1,7%. Turunnya ekspor ke Negeri Panda merupakan penurunan pertama kalinya dalam 7 bulan terakhir.
Data ini lantas semakin menegaskan bahwa perang dagang yang berkepanjangan antara Washington-Beijing mulai menyebabkan dampak negatif bagi perekonomian dunia. Saat pertumbuhan ekonomi dunia melambat, dipastikan permintaan energi akan menurun.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular