Harga Batu Bara Bangkit, Tapi Sejumlah Ancaman Menghadang

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 October 2018 13:45
Sejumlah Ancaman Menghadang Harga Batu Bara
Foto: Istimewa
Meski demikian, sejumlah sentimen negatif justru mengancam pergerakan harga batu bara. Pertama, perlambatan ekonomi akibat perang dagang. Dari data teranyar, ekonomi China di kuartal ketiga tahun ini tumbuh lebih lambat dari perkiraan dan mencatat ekspansi paling lambat sejak kuartal pertama 2009, menurut data resmi pemerintah yang dirilis Jumat (19/10/2018).

Perekonomian terbesar kedua di dunia itu tumbuh 6,5% secara tahunan (year-on-year/ yoy) di kuartal ketiga tahun ini atau lebih rendah dari 6,6% yang diperkirakan para analis dalam survei Reuters. Angka itu juga lebih rendah dari 6,7% yang dicapai di kuartal sebelumnya, CNBC International melaporkan.

Panasnya perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) nampaknya telah menekan laju pertumbuhan Negeri Tirai Bambu. Saat pertumbuhan ekonominya melambat, dipastikan permintaan energi China pun akan menurun. Padahal, Beijing merupakan pengimpor batu bara terbesar dunia.

Kedua,pembatasan impor batu bara di China. Pertengahan pekan lalu, pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang pembatasan impor batu bara hingga akhir tahun 2018, mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters.

Impor batu bara di sepanjang tahun 2018 ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017, dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini.

China mengimpor 199,92 juta ton batu bara pada periode Januari-Agustus 2018, atau 27,86 juta ton lebih banyak dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Artinya, Beijing kini hanya punya jatah impor sebesar 63,03 juta ton untuk September-Desember 2018.

Secara rata-rata, jatah impor batu bara China “hanya” 15,76 juta ton per bulan hingga penghujung tahun ini, atau 7 juta ton lebih sedikit dari rata-rata impor bulanan pada 2017. Potensi hilangnya porsi permintaan dari negara importir batu bara terbesar di dunia tersebut, lantas kembali menekan pergerakan harga.

Ketiga, China’s National Climate Center justru memroyeksikan bahwa musim dingin yang akan datang akan lebih hangat dari biasanya. Bertolak belakang dari estimasi yang muncul sebelumnya. Pasalnya, ada potensi datangnya El Nino di tengah musim dingin mendatang.

Akibatnya, konsumsi batu bara di musim dingin bisa tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini lantas bisa menekan harga ke depannya.

(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular