Ulangi 'Prestasi' Kemarin, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 October 2018 12:28

Rupiah dan sebagian kecil mata uang Asia masih tidak berdaya menghadapi dolar AS yang sebenarnya memang masih perkasa. Pada pukul 12:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%.
Dolar AS mendapat suntikan tenaga dari rilis data ekonomi yang positif. Indeks Manufaktur The Fed Philadelphia edisi Oktober 2018 menanjak ke angka 22,2, melampaui ekspektasi pasar sebesar 19,7.
Kemudian, jumlah warga yang mengajukan klaim pengangguran di AS turun 5.000 orang ke 210.000 pada pekan lalu, lebih rendah dari konsensus Reuters sebesar 212.000. Data pekan lalu tidak jauh dari level terendah sejak November 1969 yang dicapai pada pertengahan September, yakni sebesar 202.000.
Kedua data di atas memberikan sinyal bahwa pasar tenaga kerja dan perekonomian AS memang masih berada di posisi yang solid. Artinya, cukup alasan bagi The Federal Reserve/The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuan pada Desember.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi di AS sehingga meningkatkan permintaan greenback. Peningkatan permintaan akan membuat dolar AS kian perkasa.
Sementara dari eksternal, perkembangan global sedang kurang kondusif. Perdebatan soal anggaran negara di Italia semakin panas setelah Uni Eropa menyebut kebijakan fiskal Negeri Pizza tahun depan merupakan pelanggaran yang serius.
Selain itu, hubungan AS-Arab Saudi juga menegang karena kasus hilangnya kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki). Presiden AS Donald Trump mulai percaya bahwa Khashoggi dibunuh di tempat itu. Trump pun tidak menerapkan sanksi tegas jika pembunuhan itu terbukti.
Dua perkembangan itu menyebabkan investor memilih bermain aman. Instrumen berisiko di negara berkembang dilepas dan investor kembali ke pelukan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS mendapat suntikan tenaga dari rilis data ekonomi yang positif. Indeks Manufaktur The Fed Philadelphia edisi Oktober 2018 menanjak ke angka 22,2, melampaui ekspektasi pasar sebesar 19,7.
Kemudian, jumlah warga yang mengajukan klaim pengangguran di AS turun 5.000 orang ke 210.000 pada pekan lalu, lebih rendah dari konsensus Reuters sebesar 212.000. Data pekan lalu tidak jauh dari level terendah sejak November 1969 yang dicapai pada pertengahan September, yakni sebesar 202.000.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan imbalan investasi di AS sehingga meningkatkan permintaan greenback. Peningkatan permintaan akan membuat dolar AS kian perkasa.
Sementara dari eksternal, perkembangan global sedang kurang kondusif. Perdebatan soal anggaran negara di Italia semakin panas setelah Uni Eropa menyebut kebijakan fiskal Negeri Pizza tahun depan merupakan pelanggaran yang serius.
Selain itu, hubungan AS-Arab Saudi juga menegang karena kasus hilangnya kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul (Turki). Presiden AS Donald Trump mulai percaya bahwa Khashoggi dibunuh di tempat itu. Trump pun tidak menerapkan sanksi tegas jika pembunuhan itu terbukti.
Dua perkembangan itu menyebabkan investor memilih bermain aman. Instrumen berisiko di negara berkembang dilepas dan investor kembali ke pelukan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular