
The Fed Hawkish, Harga Saham Bank Besar Berguguran
Roy Franedya, CNBC Indonesia
18 October 2018 12:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham Bank besar berada di zona merah sepanjang perdagang sesi pertama hari ini (18/10/2018). Penyebabnya, stance hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS).
Harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 2,28% menjadi Rp 6.425 per saham. BMRI telah diperdagangkan sebanyak 1.957 kali dengan volume 10,22 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 66,26 miliar.
Harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,37% menjadi Rp 7.225 per saham. BBNI telah diperdagangkan sebanyak 1.259 kali dengan volume 4,14 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 29,91 miliar.
Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,14% menjadi Rp 23.750 per saham. BBCA telah diperdagangkan sebanyak 2.542 kali dengan volume 2,15 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 50,99 miliar.
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) koreksi 0,33% menjadi Rp 3.060 per saham. BBRI telah ditransaksikan sebanyak 2.555 kali dengan volume 20,63 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 63,12 miliar.
Harga saham BBTN turun 0,41% menjadi Rp 2.410 per saham. BBTN telah diperdagangkan sebanyak 642 kali dengan volume 3,9 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 9,41 miliar.
Suku bunga acuan
Koreksi harga saham bank besar terjadi karena investor khawatir dengan stance kebijakan The Fed yang akan agresif menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga inflasi dan mendorong pertumbuhan tenaga kerja AS.
Dalam rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018 tergambar jelas bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan terus menaikkan suku bunga secara bertahap.
Para pengambil kebijakan di The Fed yaitu Federal Open Market Committee (FOMC) mayoritas menilai bahwa kenaikan suku bunga secara gradual kemungkinan besar akan berjalan secara konsisten. Hal ini seiring ekspansi ekonomi yang terus berlanjut, pasar tenaga kerja yang solid, dan risiko percepatan laju inflasi.
Kompaknya para anggota FOMC membuat pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga pada Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan seebsar 25 bps pada rapat 19 Desember adalah 81,4%, naik dibandingkan kemarin yaitu 78,5%.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan membuat Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan. Kondisi bank pun dilematis. Nasabah akan meminta kenaikan bunga simpanan sementara bank pikir-pikir naikkan bunga kredit. Pasalnya, kenaikan suku bunga kredit ketika sektor riil stagnan bisa membuat kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Solusi yang mungkin diambil adalah mengorbankan net interest margin (NIM). Artinya, laba perbankan bisa tergerus.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/gus) Next Article IHSG Hijau, Investor Asing Kembali Lepas Saham Bank BUMN
Harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 2,28% menjadi Rp 6.425 per saham. BMRI telah diperdagangkan sebanyak 1.957 kali dengan volume 10,22 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 66,26 miliar.
Harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,37% menjadi Rp 7.225 per saham. BBNI telah diperdagangkan sebanyak 1.259 kali dengan volume 4,14 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 29,91 miliar.
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) koreksi 0,33% menjadi Rp 3.060 per saham. BBRI telah ditransaksikan sebanyak 2.555 kali dengan volume 20,63 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 63,12 miliar.
Harga saham BBTN turun 0,41% menjadi Rp 2.410 per saham. BBTN telah diperdagangkan sebanyak 642 kali dengan volume 3,9 juta lembar saham. Total transaksinya Rp 9,41 miliar.
![]() |
Suku bunga acuan
Koreksi harga saham bank besar terjadi karena investor khawatir dengan stance kebijakan The Fed yang akan agresif menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga inflasi dan mendorong pertumbuhan tenaga kerja AS.
Dalam rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018 tergambar jelas bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan terus menaikkan suku bunga secara bertahap.
Para pengambil kebijakan di The Fed yaitu Federal Open Market Committee (FOMC) mayoritas menilai bahwa kenaikan suku bunga secara gradual kemungkinan besar akan berjalan secara konsisten. Hal ini seiring ekspansi ekonomi yang terus berlanjut, pasar tenaga kerja yang solid, dan risiko percepatan laju inflasi.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan membuat Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan. Kondisi bank pun dilematis. Nasabah akan meminta kenaikan bunga simpanan sementara bank pikir-pikir naikkan bunga kredit. Pasalnya, kenaikan suku bunga kredit ketika sektor riil stagnan bisa membuat kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Solusi yang mungkin diambil adalah mengorbankan net interest margin (NIM). Artinya, laba perbankan bisa tergerus.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/gus) Next Article IHSG Hijau, Investor Asing Kembali Lepas Saham Bank BUMN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular