
Winter is Coming, Harga Batu Bara Rebound
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
16 October 2018 13:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak acuan naik tipis sebesar 0,05% ke level US$ 109,25/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Senin (15/10/2018).
Harga si batu hitam kini sudah menguat selama 2 hari berturut-turut, pasca akhir pekan lalu ditutup menguat di kisaran 0,5%. Harga komoditas energi tidak ramah lingkungan ini sedikit pulih pasca sepanjang pekan lalu tertekan hebat, dengan pelemahan mingguan nyaris 4%.
BACA: Harga Batu Bara Koreksi 3,91% Pekan Lalu, Ini Alasannya
Selain faktor technical rebound, pemulihan harga batu bara juga ditopang oleh permintaan impor China yang cenderung meningkat menjelang musim dingin yang diperkirakan akan tiba pada awak November mendatang.
Musim dingin yang akan melanda dataran China tahun ini memang diekspektasikan akan lebih dingin daripada biasanya. Oleh karena itu, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan pun diperkirakan akan melambung.
Pembangkit listrik di China pun ramai-ramai menimbun stok batu bara-nya, dalam rangka menghadapi meningkatnya permintaan listrik di musim dingin. Batu bara termal memang menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu.
Ekspektasi permintaan yang kuat dari importir batu bara terbesar dunia ini lantas mampu memberikan energi bagi pergerakan harga si batu hitam pada perdagangan kemarin.
Selain itu, akibat pelemahan yang sudah cukup dalam di sepanjang pekan lalu, harga batu bara sudah cenderung murah di awal pekan ini. Pelaku pasar pun terdorong untuk melakukan aksi beli, sehingga harganya mengalami technical rebound.
Meski demikian, pembatasan impor batu bara di Negeri Panda masih menjadi pemberat harga batu bara. Pertengahan pekan lalu, pemerintah China memutuskan untuk membatasi impor batu bara lebih jauh di sepanjang tahun 2018 ini, mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters.
Impor batu bara di sepanjang tahun 2018 ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017, dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini.
China mengimpor 199,92 juta ton batu bara pada periode Januari-Agustus 2018, atau 27,86 juta ton lebih banyak dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Artinya, Negeri Panda kini hanya punya jatah impor sebesar 63,03 juta ton untuk September-Desember 2018.
Secara rata-rata, jatah impor batu bara China "hanya" 15,76 juta ton per bulan hingga penghujung tahun ini, atau 7 juta ton lebih sedikit dari rata-rata impor bulanan pada 2017. Suramnya prospek permintaan batu bara hingga akhir tahun ini akhirnya membatasi penguatan harga batu bara kemarin.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik
Harga si batu hitam kini sudah menguat selama 2 hari berturut-turut, pasca akhir pekan lalu ditutup menguat di kisaran 0,5%. Harga komoditas energi tidak ramah lingkungan ini sedikit pulih pasca sepanjang pekan lalu tertekan hebat, dengan pelemahan mingguan nyaris 4%.
BACA: Harga Batu Bara Koreksi 3,91% Pekan Lalu, Ini Alasannya
Musim dingin yang akan melanda dataran China tahun ini memang diekspektasikan akan lebih dingin daripada biasanya. Oleh karena itu, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan pun diperkirakan akan melambung.
Pembangkit listrik di China pun ramai-ramai menimbun stok batu bara-nya, dalam rangka menghadapi meningkatnya permintaan listrik di musim dingin. Batu bara termal memang menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu.
Ekspektasi permintaan yang kuat dari importir batu bara terbesar dunia ini lantas mampu memberikan energi bagi pergerakan harga si batu hitam pada perdagangan kemarin.
Selain itu, akibat pelemahan yang sudah cukup dalam di sepanjang pekan lalu, harga batu bara sudah cenderung murah di awal pekan ini. Pelaku pasar pun terdorong untuk melakukan aksi beli, sehingga harganya mengalami technical rebound.
Meski demikian, pembatasan impor batu bara di Negeri Panda masih menjadi pemberat harga batu bara. Pertengahan pekan lalu, pemerintah China memutuskan untuk membatasi impor batu bara lebih jauh di sepanjang tahun 2018 ini, mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters.
Impor batu bara di sepanjang tahun 2018 ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017, dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini.
China mengimpor 199,92 juta ton batu bara pada periode Januari-Agustus 2018, atau 27,86 juta ton lebih banyak dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Artinya, Negeri Panda kini hanya punya jatah impor sebesar 63,03 juta ton untuk September-Desember 2018.
Secara rata-rata, jatah impor batu bara China "hanya" 15,76 juta ton per bulan hingga penghujung tahun ini, atau 7 juta ton lebih sedikit dari rata-rata impor bulanan pada 2017. Suramnya prospek permintaan batu bara hingga akhir tahun ini akhirnya membatasi penguatan harga batu bara kemarin.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular