IMF Turunkan Proyeksi, The Fed Optimistis Ekonomi AS Kuat
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 October 2018 07:18

Optimisme Williams itu tak tergoyahkan meski disampaikan setelah IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk AS, menyusul perang dagang global yang tak kunjung selesai.
Dalam laporan Global Economic Outlook yag dirilis Selasa, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan menjadi masing-maisng 3,7% dari 3,9% yang diproyeksikan sebelumnya.
Produk domestik bruto (PDB) AS sendiri diperkirakan akan tumbuh 2,9% tahun ini dan 2,5% di 2019 dari 2,7% yang diperkirakan di Juli. China diproyeksikan menambah produk domestik bruto (PBD) hingga 6,6% tahun ini dan 6,2% di 2019 dari 6,4% yang diperkirakan sebelumnya.
"Dampak kebijakan perdagangan dan ketidakpastian menjadi semakin terbukti di level makroekonomi sementara bukti lainnya berakumulasi menjadi bahaya bagi perusahaan-perusahaan," kata kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Selasa.
"Kebijakan perdagangan merefleksikan politik, dan politik tetap tidak pasti di beberapa perekonomian, dan menjadi risiko tambahan," ungkapnya.
Laporan Global Financial Stability Report yag dirilis IMF hari Rabu mengungkapkan hal senada.
IMF melihat risiko sistem keuangan jangka pendek telah meningkat dalam enam bulan terakhir yang dapat mengakibatkan keluarnya investor asing dari pasar-pasar negara berkembang.
Ketegangan perdagangan meninggi, ketidakpastian kebijakan telah meningkat di beberapa negara, dan negara-negara berkembang mengalami tekanan di pasar finansialnya.
"Analisis kami menunjukkan bahwa jangka menengah, terdapat 5% probabilitas bahwa negara-negara berkembang akan mengalami aliran arus modal keluar dalam portofolio utangnya hingga lebih dari US$100 miliar (Rp 1.521 triliun)," tulis Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tobias Adrian dalam sebuah blog di situs IMF.
Angka tersebut secara umum setara dengan capital outflows yang terjadi saat krisis.
Kondisi keuangan di emerging markets telah mengetat sejak pertengahan April akibat penguatan dolar, meningkatnya risiko politik dan kebijakan, serta meningkatnya ketegangan perdagangan, tulis IMF dalam laporan tersebut.
"Tekanan pasar telah lebih berdampak pada negara-negara dengan ketidakseimbangan eksternal yang lebih besar dan kerangka kebijakan yang lebih lemar, atau di negara-negara yang lebih terekspos oleh ketegangan perdagangan."
NEXT
(roy/roy)
Dalam laporan Global Economic Outlook yag dirilis Selasa, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan menjadi masing-maisng 3,7% dari 3,9% yang diproyeksikan sebelumnya.
Produk domestik bruto (PDB) AS sendiri diperkirakan akan tumbuh 2,9% tahun ini dan 2,5% di 2019 dari 2,7% yang diperkirakan di Juli. China diproyeksikan menambah produk domestik bruto (PBD) hingga 6,6% tahun ini dan 6,2% di 2019 dari 6,4% yang diperkirakan sebelumnya.
"Kebijakan perdagangan merefleksikan politik, dan politik tetap tidak pasti di beberapa perekonomian, dan menjadi risiko tambahan," ungkapnya.
Laporan Global Financial Stability Report yag dirilis IMF hari Rabu mengungkapkan hal senada.
IMF melihat risiko sistem keuangan jangka pendek telah meningkat dalam enam bulan terakhir yang dapat mengakibatkan keluarnya investor asing dari pasar-pasar negara berkembang.
Ketegangan perdagangan meninggi, ketidakpastian kebijakan telah meningkat di beberapa negara, dan negara-negara berkembang mengalami tekanan di pasar finansialnya.
"Analisis kami menunjukkan bahwa jangka menengah, terdapat 5% probabilitas bahwa negara-negara berkembang akan mengalami aliran arus modal keluar dalam portofolio utangnya hingga lebih dari US$100 miliar (Rp 1.521 triliun)," tulis Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tobias Adrian dalam sebuah blog di situs IMF.
Angka tersebut secara umum setara dengan capital outflows yang terjadi saat krisis.
Kondisi keuangan di emerging markets telah mengetat sejak pertengahan April akibat penguatan dolar, meningkatnya risiko politik dan kebijakan, serta meningkatnya ketegangan perdagangan, tulis IMF dalam laporan tersebut.
"Tekanan pasar telah lebih berdampak pada negara-negara dengan ketidakseimbangan eksternal yang lebih besar dan kerangka kebijakan yang lebih lemar, atau di negara-negara yang lebih terekspos oleh ketegangan perdagangan."
NEXT
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular