IMF: Emerging Markets Berisiko Alami Outflows Rp 1.521 T

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 October 2018 07:09
IMF merilis laporan Global Financial Stability Report.
Foto: Logo Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)
Nusa Dua, CNBC Indonesia - Meningkatnya ketidakpastian global berisiko pada keluarnya investor asing dari pasar-pasar negara berkembang, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan Global Financial Stability Report yang dirilis di sela-sela pertemuan IMF-World Bank Annual Meetings di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).

Kebijakan moneter yang longgar terus mendorong pertumbuhan ekonomi dunia meskipun lajunya kini mulai melambat, tulis IMF. Namun, laporan tersebut menemukan bahwa risiko sistem keuangan jangka pendek telah meningkat dalam enam bulan terakhir.

Ketegangan perdagangan meninggi, ketidakpastian kebijakan telah meningkat di beberapa negara, dan negara-negara berkembang mengalami tekanan di pasar finansialnya.

"Analisis kami menunjukkan bahwa jangka menengah, terdapat 5% probabilitas bahwa negara-negara berkembang akan mengalami aliran arus modal keluar dalam portofolio utangnya hingga lebih dari US$100 miliar (Rp 1.521 triliun)," tulis Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF Tobias Adrian dalam sebuah blog di situs IMF.

Angka tersebut secara umum setara dengan capital outflows yang terjadi saat krisis.

Kondisi keuangan di emerging markets telah mengetat sejak pertengahan April akibat penguatan dolar, meningkatnya risiko politik dan kebijakan, serta meningkatnya ketegangan perdagangan, tulis IMF dalam laporan tersebut.

"Tekanan pasar telah lebih berdampak pada negara-negara dengan ketidakseimbangan eksternal yang lebih besar dan kerangka kebijakan yang lebih lemar, atau di negara-negara yang lebih terekspos oleh ketegangan perdagangan."

Dalam beberapa kuartal terakhir, aliran modal asing ke negara-negara berkembang mulai melambat. Sejak pertengahan April, sekitar US$35 miliar dana keluar dari pasar obligasi dan saham emerging markets meskipun tekanan tersebut mereda di akhir Juli dan Agustus, menurut data IMF.

Merespons kondisi tersebut, sejumlah bank sentral telah menaikkan suku bunga acuannya dan melakukan berbagai intervensi di pasar uang.

Ke depan, kondisi eksternal diperkirakan akan tetap menantang. Saat normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju terjadi semakin cepat, pasar-pasar negara berkembang sepertinya akan mengalami penurunan aliran modal asing. Bila sentimen global memburuk, aliran modal keluar bahkan akan semakin besar, tulis laporan tersebut.

Normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve diperkirakan akan terus menekan aliran modal asing bagi negara-negara berkembang. IMF memperkirakan capital outflows yang diakibatkan kebijakan The Fed ini akan bertambah hingga US$10 miliar sampai akhir 2019 selain US$20 miliar yang telah terjadi saat ini.

Bila kondisi global memburuk, aliran modal akan berkurang hingga US$50 miliar di 2018 dan US$40 miliar di 2019.

Penurunan aliran modal asing ini akan menjadi tantangan bagi negara-negara yang sangat bergantung pada pembiayaan luar negeri.



(roy) Next Article IMF Ulurkan Tangan, USD 50 Miliar Digelontorkan Tangani Coron

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular